Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan
2 cara, yaitu :
1. Laba
dalam Ilmu Ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang
investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang
berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya biaya
kesempatan)
2. Laba
dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan
biaya produksi
Laba
merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka lebih
diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Akan tetapi, teri akuntasi sampai saat ini belum mencapai
kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan
elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu
:
1. Semantik
2. Sintaktik
3. Pragmatik
Dari
sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi
tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. sementara
itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba
menghadapi dua pendekatan, pertama laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan
beda laba. Teori akuntansi diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.
Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja,
pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Meskipun
akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi
paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai
untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik
perusahaan.
Makana
laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang
dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap
dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep
pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital
bermakna sebagai persediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba
bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital
dapat dibedakan antara kembalian atau investasi dan pengembalian
investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut,
laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar
penilaian kapital dapat diterapkan.
Laba
adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan
atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua
transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode,
kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan,
1992:55).
Penegertian
laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam
jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar
untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan
keputusan dan unsurprediksi (Harnanto, 2003:444).
Dalam
teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di
dalam teori eonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam
teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam
kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan
pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).
Laba
atau rugi sering dimanfaatkan ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau
sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham.
Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh
hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain:
a. Laba
kotor
b. Laba
operasional
c. Laba
sebelum pajak
d. Laba
bersih
Pengukuran
laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting
juga sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi.
Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti banyak
profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus,
dsb (Harahap, 2001:259). Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk
laba.
Seorang produsen yang rasional akan selalu mencari
keuntungan yang paling maksimuml atau kerugian yang paling minimuml baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Ada dua pendekatan untuk menentukan
tingkat ouput di mana produsen akan mendapatkan keuntungan maksimum atau
mengalami kerugian minimum, yaitu pertama, pendekatan
penerimaan total dan biaya total, atau sering disebut pendekatan total;
dan kedua adalah pendekatan penerimaan marjinal dan biaya
marginal, atau biasa disebut pendekatan marginal. Kedua
pendekatan-pendekatan ini akan dibicarakan secara berurutan berikut ini.
Pendekatan Total
Keuntungan total sama dengan penerimaan (Total
Revenue, TR) dikurangi dengan biaya total (Total Cost, TC).
Penerimaan total merupakan perkalian antara tingkat harga yang terjadi di pasar
dengan jumlah ouput yang dihasilkan, sedangkan biaya total adalah biaya yang
dikeluarkan oleh produsen dalam menghasilkan output. Dalam jangka pendek, biaya
dapat dibedakan atas biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya variabel (variable cost,
VC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada besarnya jumlah output
yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang tergantung kepada
besar kecilnya jumlah output yang dihasilkan.
Untuk melihat perbedaan antara biaya tetap dan biaya
variabel kita dapat mengambil contoh suatu perusahaan yang menghasilkan
pakaian. Perusahaan ini mempunyai gedung tempat usaha, mesin jahit, dan
karyawan tetap. Walaupun perusahaan tidak berproduksi akan tetapi biaya tetap
harus selalu dikeluarkan, seperti biaya penyusutan gedung, penyusutan mesin dan
biaya gaji karyawan tetap. Sedangkan, yang termasuk biaya variabel adalah biaya
untuk pembelian bahan baku, gaji karyawan tidak tetap, biaya listrik dan lain
lain. Biaya variabel ini dapat diubah-ubah tergantung pada kondisi pasar,
apabila permintaan pasar naik maka output yang dihasilkan dapat ditambah dengan
menambah biaya variabel, misalnya menambah jam kerja tenaga kerja tidak tetap
(untuk lengkapnya lihat teori biaya pada modul 4)
Keuntungan maksimum akan terjadi apabila selisih TR
dan TC mencapai angka terbesar. Untuk lebih lengkapnya perhatikan data
hipotesis berikut ini.
- Tabel 1 Tingkat Output dan Keuntungan Total
Produsen pada Pasarpersaingan Murni dengan Pendekatan Total
Q
(unit)
|
P
(000 Rp)
|
TR
(000 Rp)
|
TC
(000 Rp)
|
Π
(000 Rp)
|
0
|
8
|
0
|
800
|
-800
|
100
|
8
|
800
|
2.000
|
-1.200
|
200
|
8
|
1.600
|
2.300
|
-700
|
300
|
8
|
2.400
|
2.400
|
0
|
400
|
8
|
200
|
2.524
|
+676
|
500
|
8
|
4.000
|
2.775
|
+1.225
|
600
|
8
|
4800
|
200
|
+1.600
|
650
|
8
|
5.200
|
3.510
|
+1.690
|
700
|
8
|
5.600
|
4.000
|
+1.600
|
800
|
8
|
6.400
|
6.400
|
0
|
Keterangan:
|
|
Kerugian minimal
|
|
Titik Pulang Pokok (BEP)
|
||
|
|
Keuntungan maksimal
|
|
Pada tabel diatas, Q adalah kuantitas output yang
dihasilkan, P adalah tingkat harga, TR adalah penerimaan total (yaitu P dikali
Q), TC adalah biaya total dan Π adalah keuntungan. Berdasarkan Tabel
3.1 di atas, keuntungan maksimum yang diperoleh produsen pada pasar persaingan
murni adalah sebesar Rp 1.690.000 yaitu pada tingkat output sebesar 650 unit.
Sedangkan kerugian total mencapai maksimum adalah sebesar Rp 1.200.000 yaitu
pada tingkat output sebesar 100 unit. Perpotongan antara TR dan TC merupakan
titik pulang pokok (break even point), yaitu pada tingkat output sebesar
300 dan 800 unit. Tabel hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut
Berdasarkan gambar di atas, kurva penerimaan total
atau TR dimulai dari titik origin (titik nol), hal ini disebabkan produsen
tidak akan mendapatkan penerimaan apabila perusahaan belum menghasilkan output.
Apabila perusahaan telah mulai berproduksi atau menghasilkan output maka
perusahaan akan mendapatkan penerimaan sebesar tingkat output dikali dengan
harga (PxQ). Semakin besar output yang dihasilkan maka penerimaan produsen
semakin besar. Karena tingkat harga adalah datum (tetap) bagi produsen
dalam pasar persaingan sempurna maka kurva TR akan membentuk garis diagonal
yang dimulai dari titik origin ke kanan atas.
Sedangkan kurva biaya total atau TC tidak dimulai dari
titik origin karena walaupun perusahaan belum berproduksi akan tetapi perusahaan
sudah mengeluarkan biaya, yaitu sebesar jumlah biaya tetap. Seperti diketahui
bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menghasilkan output dibagi atas
dua, yaitu biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya variabel (variable
cost, VC). Pada tingkat produksi yang rendah perusahaan masih
mengalami kerugian, kemudian apabila produksi terus ditambah maka kerugian
semakin menurun dan mencapai titik pulang pokok (Break Even Point, BEP)
pada titik tertentu (dalam gambar adalah di titik B), setelah titik BEP
terlampaui maka produsen akan mendapatkan keuntungan, dan mencapai maksimum di
titik C, yang merupakan jarak terjauh antara kurva TR dan kurva TC. Apabila
produksi terus menerus ditingkatkan setelah tercapai keuntungan maksimum maka
tingkat keuntungan mulai menurun dan akan mencapai titik pulang pokok kembali
ditititk D. Selanjutnya apabila produksi terus ditingkatkan maka produsen atau
perusahaan akan mengalami kerugian.
Terjadinya tingkat keuntungan yang menurun ini sesuai
dengan hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (the law of diminishing
marginal return), hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan suatu faktor
produksi (faktor produksi tetap) untuk dikombinasikan dengan faktor produksi
lain (faktor produksi variabel), apabila faktor produksi variabel terus
ditambah.
Misalnya pada sebidang lahan pertanian (dianggap
faktor produksi tetap) yang dikerjakan oleh seorang pekerja (dianggap faktor
produksi variabel), maka output yang dihasilkan tidak efektif. Apabila lahan
pertanian tersebut dikerjakan oleh dua pekerja maka produksi akan meningkat.
Sampai tambahan pekerja menjadi 6 orang maka akan tercapai keuntungan maksimum
dalam menggarap lahan tersebut, tetapi apabila pekerja terus menerus ditambah
(misalnya sampai 15 pekerja), sedangkan lahan yang digarap tetap maka biaya
total akan bertambah dan tingkat keuntungan akan menurun dan sampai pada titik
tertentu akan mengalami kerugian.
Jadi dapat disimpulkan apabila TR>TC , maka
produsen akan mendapatkan keuntungan, dan apabila selisih TR<TC maka perusahaan
akan mengalami kerugian, dan apabila TR=TC maka perusahaan dalam kondisi break
even point
Pendekatan marginal
Pendekatan marginal merupakan alternatif dari
pendekatan total. Dalam memproduksi suatu barang dan menawarkannya di pasar,
produsen atau perusahaan harus membandingkan antara biaya marjinal dengan
penerimaan marjinal. Biaya marjinal (marginal cost, MC) adalah
tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen karena menambah memproduksi
1 unit ouput (MC = TCt � TCt-1 , di mana TC
adalah biaya total). Sedangkan penerimaan marjinal (marginal revenue,
MR) adalah tambahan penerimaan karena menambah produksi output 1 unit (MR = TRt � TRt-1)
Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari
biaya marginal maka masih relevan untuk meningkatkan produksi karena penerimaan
meningkat lebih tinggi dari biaya sehingga karena keuntungan akan bertambah,
sebaliknya apabila biaya marginal lebih besar dari penerimaan marjinal maka
biaya meningkat lebih tinggi dari penerimaan sehingga kerugian menjadi bertambah.
Keuntungan maksimum (atau kerugian minimum) akan terjadi apabila penerimaan
marjinal sama dengan biaya marjinal (MR = MC).
Untuk melihat lebih jauh penggunaan pendekatan
marjinal, maka Tabel 3.1 kita reproduksi kembali dengan berbagai tambahan
dibawah ini.
Tabel 2 Maksimisasi keuntungan dengan Pendekatan
Marjinal
Q
(unit)
|
P= MR
|
TC
|
MC
(00)
|
AC
|
Keuntungan Per unit
|
Keuntungan
Total
|
1
|
2
|
3
|
4=TCt-TCt-1
|
5=3/1
|
6= TRt-TRt-1
|
7=6x1
|
100
200 300 400 500 600 650 700 800 |
8
8 8 8 8 8 8 8 8 |
2.000
2.300 2.400 2.525 2.775 200 3.510 4.000 6.400 |
12
3 1 1.25 2.50 4.25 (8) 8 24 |
20
11.5 8 6.31 5.55 5.33 5.40 5.71 8.00 |
-12
-3.5 0 1.69 2.45 2.67 2.60 2.29 0 |
-1.200
-700 0 +676 +1.225 +1.602 +1.690 +1.600 0 |
Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa keuntungan
maksimum produsen dalam pasar persaingan murni akan tercapai pada tingkat
output 650 unit, yaitu dengan tingkat keuntungan sebesar Rp 1.690.000.
Perhatikan bahwa biaya marginal mengacu pada titik tengah antara dua tingkat
output yang berurutan, maka nilai MC pada tingkat output 650 dan 750 unit
output adalah sama yaitu 8. Tingkat keuntungan per unit tertinggi adalah 2,67,
akan tetapi suatu perusahaan bukan mencari keuntungan per unit tertinggi, akan
tetapi adalah mencari keuntungan total maksimum.
Dari Tabel 2 di atas, kita dapat mengilustrasikan
keseimbangan produsen dalam satu gambar seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Kurva d (permintaan) dan kurva MR bagi produsen dalam pasar persaingan murni
merupakan garis lurus yang sejajar dengan sumbu horizontal. Hal ini disebabkan
produsen dalam pasar persaingan murni adalah sebagai pengambil harga (price
taker)karena sesuai asumsi yang dijelaskan sebelumnya bahwa jumlah penjual
sedemikian banyaknya sehingga tidak seorang produsenpun dapat mempengaruhi
harga dengan menambah atau mengurangi produksi. Produsen dapat menjual
berapapun pada harga pasar yang berlaku.
Konsumen akan mendapatkan keuntungan maksimum apabila
MR=MC. Dalam gambar, ada dua titik perpotongan antara MR dan MC, yaitu di titik
A dan di titik B. Tingkat output terbaik perusahaan dalam pasar persaingan
murni terjadi di titik B, di mana MR=MC dan kurva MR memotong kurva MC dari
bawah. Selama MR melebihi MC maka masih relevan untuk meningkatkan produksi
karena penerimaan perusahaan naik lebih tinggi dari pada biaya sehingga
keuntungan total naik. Apabila MC melebihi MR maka tidak ada gunanya bagi
perusahaan untuk meningkatkan produksinya karena biaya naik lebih tinggi dari
penerimaan sehingga keuntungan total produsen akan menurun. Jadi peningkatan
produksi setelah titik B akan menurunkan keuntungan produsen.
Gambar 2 Keseimbangan Konsumen
Keuntungan produsen akan terjadi di titik B, di mana
P=MR=MC=8. Output yang dihasilkan produsen adalah sebanyak 650 unit dan tingkat
keuntungan yang didapat adalah sebesar Rp 1.690.000,-
Minimisasi Kerugian
Harga pasar dapat naik atau turun tergantung pada
kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila harga yang diterima produsen dalam
persaingan sempurna di atas kurva biaya rata-rata (kurva AC) maka produsen akan
mendapatkan keuntungan sebesar selisih antara kurva d dikurangi kurva MR dikali
jumlah produksi. Keadaan keuntungan maksimum dapat dilihat seperti yang
dijelaskan dalam Gambar 2.
Apabila harga yang diterima produsen di bawah kurva
biaya rata-rata maka produsen akan mengalami kerugian. Seberapa jauh produsen
dapat meminimumkan kerugian agar terus dapat berproduksi dan di titik mana
produsen sudah harus menutup usahanya akan dijelaskan berikut ini.
Produsen dapat meminimumkan kerugian dan dapat terus
berproduksi apabila perpotongan MR dan MC terjadi diantara kurva AC dan AVC,
atau dengan kata lain perpotongan kurva MR dan kurva MC terjadi dibawah kurva
AC tetapi masih di atas kurva AVC. Perhatikan Gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3 Minimisasi Kerugian
Dari Gambar diatas, ada tiga kemungkinan perpotongan kurva
MR dan kurva MC.
Pertama, kurva MR berada di bawah kurva AC tetapi masih di
atas kurva AVC (dijelaskan oleh kurva d=MR), yaitu berpotongan di titik B.
Produsen akan menderita kerugian per unit sebesar P1P2, dan
apabila dikalikan dengan jumlah produksi maka kerugian minimum adalah sebesar
kotak persegi empat PBAP3. Dengan kondisi ini produsen masih terus
dapat berproduksi karena dengan melanjutkan produksi maka produsen masih dapat
menutup sebagian biaya tetapnya.
Kedua, apabila kurva MR berada di titik terendah AVC (dijelaskan
oleh kurva d1=MR1), yaitu di titik C maka kerugian yang
diderita produsen adalah sebesar biaya tetap , yaitu sebesar jarak AC dan AVC
dikali jumlah produksi, sedangkan biaya variabel masih dapat ditutupi. Titik
ini dinamakan titik tutup usaha.
Ketiga, apabila kurva MR berada dibawah kurva AVC (dijelaskan
oleh kurva d2=MR2), yaitu MR dan MC berpotongan di titik
D maka produsen tidak layak untuk melanjutkan produksi karena produsen akan
menderita kerugian sebesar biaya tetap ditambah sebagian biaya variabel
Kurva
Penawaran
Dari Gambar 2 dan Gambar 3 kita telah melihat
bagaimana perusahaan dalam persaingan murni memaksimalkan keuntungan atau
meminimalkan kerugian dengan menentukan tingkat output yang diproduksi dan
ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Sampai sejauh ini kita belum menentukan di mana
produsen mulai akan berproduksi dan menawarkan outputnya di pasar pada tingkat
harga yang berlaku, hal ini terkait dengan apa yang telah dijelaskan
sebelumnya, apabila harga yang terjadi di atas kurva AVC, atau kurva MR
berpotongan dengan kurva MC diatas kurva AC, seperti yang telah dijelaskan pada
Gambar 2 maka produsen tentu dan mau melanjutkan produksi karena akan
mendapatkan keuntungan total maksimum. Sebaliknya apabila harga yang diterima
produsen di bawah kurva AVC, atau kurva MR dan kurva MC berpotongan di bawah
kurva AVC maka produsen tentu tidak akan mau berproduksi karena di samping
mengalami kerugian sebesar biaya tetap (yaitu sebesar jarak AV dan AVC) juga
mengalami kerugian sebagian biaya variabelnya.
Sedangkan kondisi kritis terjadi apabila tingkat harga
terjadi diantara titik terendah AVC sampai dengan titik terendah AC. Dalam
Gambar 3.3 yaitu jarak antara C dan B. Apabila tingkat harga terjadi di titik
terendah AVC maka kerugian yang diderita produsen adalah sebesar biaya tetap
tetapi, dan produsen masih bisa terus berproduksi dengan harapan harga akan
naik dan produksi dapat ditingkatkan. Apabila kurva MR di bawah AVC maka
produsen tidak layak untuk melanjutkan produksi. Jadi kesimpulannya kurva
penawaran bagi produsen dalam pasar persaingan murni adalah kurva MC dimulai
dari tirik terendah AVC
Keuntungan
Maksimum
keuntungan
maximum adalah keuntungan penuh dari output yang telah di produksi sebelumnya.
Pendekatan
total
1. Pendekatan Total
Laba Total (p) adalah perbedaan antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC). Laba terbesar terjadi pada selisih posistif terbesar antara TR dengan TC. Pada selisih negative antar TR dengan TC perusahaan mengalami kerugian, sedang jika TR = TC perusahaan berada pada titik impas.
Dalam
menentukan keuntungan maksimum ada 2 cara sebagai berikut:
a)
Keuntungan maksimum dicari dengan jalan mencari selisih antara keuntungan
maksimum dengan ongkos minimum.
b)
Keuntungan maksimum terjadi pada saat MR = MC.
Hasil Penjualan Total,seluruh jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari menjual barangjang diproduksikannja dinamakan hasil penjualan total (TR:yaitu dari perkataan Total Revenue).Telah diterangkan bahwa dalam persaingan sempurna harga tidak akan berubah walau bagaimanapun banyaknya jumlah barang yang dijual perusahaan.Ini menyebabkan kurva penjualan total (TR) adalah berbentuk garis lurus yang bermula dari titik O.
Mencari
Keuntungan Dengan Pendekatan Total
Kurva TC berada di atas kurva TR menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Produksi mencapai diantara 2 sampai 9 unit kurva TC berada di bawah kurva TR,perusahaan memperoleh keuntungan.Menentukan Keuntungan Maksimum dengan Kurva Biaya dan Penjualan Total.Garis tegak di antara TC dan TR,garis tegak yang terpanjang produksi adalah 7 unit,menggambarkan keuntungan yang paling maksimum.Produksi mencapai 10 unit atau lebih kurva TC telah beada di atas kurva TR kembali, perusahaan mengalami kerugian kembali.Perpotongan di antara kurva TC dan kurva TR dinamakan titik impas (break-even point) yang menggambarkan biaya total yang dikeluarkan perusahaan adalah sama dengan hasil penjualan total yang diterimanya.Perpotongan tersebut berlaku di dua titik,yaitu titik A dan titik B.
Kurva TC berada di atas kurva TR menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Produksi mencapai diantara 2 sampai 9 unit kurva TC berada di bawah kurva TR,perusahaan memperoleh keuntungan.Menentukan Keuntungan Maksimum dengan Kurva Biaya dan Penjualan Total.Garis tegak di antara TC dan TR,garis tegak yang terpanjang produksi adalah 7 unit,menggambarkan keuntungan yang paling maksimum.Produksi mencapai 10 unit atau lebih kurva TC telah beada di atas kurva TR kembali, perusahaan mengalami kerugian kembali.Perpotongan di antara kurva TC dan kurva TR dinamakan titik impas (break-even point) yang menggambarkan biaya total yang dikeluarkan perusahaan adalah sama dengan hasil penjualan total yang diterimanya.Perpotongan tersebut berlaku di dua titik,yaitu titik A dan titik B.
Pendekatan
marginal
Perusahaan
memaksimumkan keuntungan pada saat penerimaan marginal (MR) sama dengan biaya
marginal (MC).Biaya Marginal (MC) adalah perubahan biaya total perunit
perubahan output. Secara matematis dirumuskan:
Penerimaan
Marginal (MR) adalah perubahan penerimaan total per unit output atau
penjualan.Hasil Penjualan Marjinal,satu konsep (istilah) mengenai hasil
penjualan yang sangat penting untuk diketahui dalam analisis penentuan harga
dan produksi oleh suatu perusahaan adalah pengertian hasil penjualan marjinal
(MR yang merupakan singkatan dari perkataan Marjinal’Revenue), yaitu tambahan
hasil penjualanjangdiperoleh perusahaan dari menjual satu unit lagi barangyang
diproduksikannya.Dalam pasar persaingan sempurna berlaku keadaan berikut harga
hasil penjualan rata-rata hasil penjualan marjinal.Kurva d() = AR0 = MRn
menggambarkan kesamaan tersebut pada harga Rp 3000, dan kurva d0 = AR0 = MR0
menggambarkan kesamaan tersebut pada harga Rp 6000.
Mencari
Keuntungan Maksimum Dengan Pendekatan Marginal
Pendekatan Biaya Marjinal dan Hasil Penjualan Marjinal.Dalam jangka pendek terdapat empat kemungkinan dalam corak keuntungan atau kerugian perusahaan (atau keadaan keseimbangan perusahaan),yaitu; :
Pendekatan Biaya Marjinal dan Hasil Penjualan Marjinal.Dalam jangka pendek terdapat empat kemungkinan dalam corak keuntungan atau kerugian perusahaan (atau keadaan keseimbangan perusahaan),yaitu; :
· Mendapat
untung luar biasa (untung melebihi normal)
· Mendapat
untung normal
· Mengalami
kerugaian tetapi masih dapat membayar biaya berubah
· Dalam
keadaan menutup atau membubarkan perusahaan.
Pendekatan rata-rata
Hasil
Penjualan Rata-rata,untuk suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna
hasil penjualan rata-rata (AR) adalah harga barang yang diproduksi perusahaan
adalah Rp 3000 maka d0=AR0= MRQ adalah kurva permintaan yang dihadapi
perusahaan. Dengan demikian kurva ini adalah kurva hasil penjualan rata-rata
pada harga barang sebanyak Rp 3000 (dan dinyatakan sebagai AR^. Kalau harga
barang yang dijual perusahaan adalah Rp 6000, kurva d} = AR} = MRj adalah kurva
permintaan dan juga kurva hasil penjualan rata-rata pada harga Rp 6000.
Dalam
mencari keuntungan maksimum dengan pendekatan rata-rata,yaitu menggabungkan
antara pasar persaingan sempurna dengan persaingan pasar tidak sempurna:
Mencari
Keuntungan Maksimum di Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa keuntungan maksimum adalah pada Q = 4 satuan.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa keuntungan maksimum adalah pada Q = 4 satuan.
Berdasarkan
Gambar tersebut,keuntungan maksimum dicapai pada kurva TR dan TC yang jarak
vertikalnya paling lebar. Jika dengan menggunakan MR = MC,keuntungan maksimum
dicapai pada saat MR berpotongan dengan MC.
Dalam mencari keuntungan maksimum di Pasar Persaingan Sempurna sebagai berikut:
Dalam mencari keuntungan maksimum di Pasar Persaingan Sempurna sebagai berikut:
terima kasih banyak, mas. membantu banget.
BalasHapus