BAB 1
A.
LATAR BELAKANG
Sorens Kierkegard, adalah seorang tokoh eksistensi denmark
yang mengatakan bahwa, yang abadi dan langgeng didunia hanyalah perubahan.
Menolak dan melawan perubahan adalah tak berpengharapan. Karena manusia adalah
mahluk tuhan yang memiliki kapasitas kognitif paling tinggi. Menanggapi
perubahan adalah dengan memenfaatkan optimal daya pikir. Khusus mengenai
perubahan variabel-variabel dalam dunia usaha dan industri menurut modelnya
pada abat ke-20 serta melewati prioritasnya pada abad ke-21.
Kepada mereka diminta untuk membuat urutan, peringkat atau
rangking mengenai bidang keahlian yang dimiliki oleh seorang pimpinan
perusahaan. Terbukti telah menjadikan
mereka berhasil pada abad ke-20, serta penelitan mereka mengenai jenis keahlian
apa saja yan harus dimiliki para pemimpin perusahaan agar berhasil dan sukses
mengantisipasi ketetnya iklim bisnis pada abad ke-21. agar dapat berhasil
menjadi perusahaan unggulan abad ke21 para pimpinannya harus berkompeten
dibidang pengelolaan sumber daya manusia (SDM) yang dinilai kompetensi paling
penting kedua setelah kompetensi dalam bidang formulasi strategi perusahaan.
Alur logika pada hasil penelitan tersebut adalah menetapkan visi, misi, dan
strategi perusahaan sebagaimana lazim tertuang dalam corporate plan yang
memberi arah kmana dan bagaimana cara perusahaan menuju dimasa mendatang, hal
kedua yang harus dlakukan para pemimpin perusahaan unggulan adalah menetapkan
orang yang tepat agar dapat merealisir atau mewujudkan visi dan misi
perusahaannya.
Dari berbagai pendekatan yang ada dalam rangka meningkatkan
kinerja serta produkivitas sumber daya manusia perusahaan, maka merit system
adalah merupakan pendekatan yang paling rasional, prakmatik, dn efektif dalam
upaya nyata perusahaan meningkatkan kinerja dan produktivitas sumber daya
manusia untuk peningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.
Masalah kinerja dan prodktivitas sumber daya manusia adalah
merupakan salah satu kunci utama yang harus menjadi fokus perhatian perusahaan
agar mampu menampilkan kinerja terbaik untuk meningkatkan nilai rill secara
langsung diserahterimakan kepada para pemegang saham atau nilai tambah dan
faedah lain yang dapat dirasakan secara langsung ataupun tidak langsung oleh
konsumen, pemasok, masyarakat dalam artian luas serta terutama sekali adalah
juga bagi para pegawai perusahaan itu sendiri. Menentukan
kinerja sumber daya manusia melalui penerapan kebijakan merit system akan
meningkatkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya agar dapat berkembang untuk
kurun yang lama dalam prinsip kelanggengan bisns. Manfaat dan faedah langsung
ataupuntidak langsung dapatlebih dirasakan oleh para pemegang saham , konsumen,
pemasok, pegawaisertamasyarakat luas.
Kinerja perusahaan wajib dicermati dan diupayakan agar
semankin meningkat serta terjaga optimal tinggi. Baik atau buruknya kinerja
perusahaan sebagai totalitas adalah merupakan cerminan dari kinerja para
pegawainya.
Urutan
nalarnya adalah bila seorang pada suatu bagian sebagai unit kerja terkecil
organisasi perusahaan yang masih dikelola dengan organisasi berbentuk piramida
mampu menampilkan prestasi kerja yang tiggi maka hal tersebut berpengaruh pula
pada tinggi-rendahnya prestasi kerja unit bagian tersebut. Bila seluruh unit
kerja devisi yang dibawahi oleh suatu unit kerja diroktora juga mampu
menampilkan kinerja tingginya, maka totalitas unit kerja diktorat akan tercatat
sebagai unit kerja yang berkineja tinggi. Tingginya kinerja perusahaan akan
meningkatkan kualitas hidup para pemegang saham, pegawai, konsumen, pemasok
serta masyarakat luas.
- DEFINISI MERIT SYSTEM
Berdsarkan pengertian atau definisi kebijakan personalia
berdasarkan merit system ini ditegakkan berdasarkan gabungan pendekatan
analisis kosa kata serta teori motivasi dan modifikasi perilaku. Dari
pendekatan analisis kosa kata, berbagai kamus bahasa inggris hakekatnya
memberikan artian kata merit sebagai “ a good quality which is deserve to be
praised” atau hal-hal baik yang patut dihargai. Sedangkan system pada umumnya
diberi arti semacam “ a set of thing that are connected or that work together”
atau yang dalam aplikasi ilmu manajemen kerap kali juga diberikan artian
sebagai gabungan dari beberapa faktor yang terkait satu sama lain, jika salah
satu faktor berubah akan mempengaruhi perubahan pada faktor-faktor terkait
lainnya. Reinforcement positif yang lazim disebut hadiah, ganjaran atau reward
akan memperkat penggulangan tampilan perilakuyang serupa pada masa mendatang.
Sebalikya, Reinforcement negatifyang biasa disebut hukuman,
akan melemah, menhilangkan atau meniadakan tampilan suatu perilakeu tertentu
pada masamendatang. Mekanisme pemunculan kembali atau menghilangkan suatu
prilaku akan bergantung pada seberapa kuat derajat penguatannya.
Berdasarkan pendekatan analisis kosa kata serta teori perubahan perilaku
tersebut, maka kebijakan personalia
berdasarkan merit system diberi batasan
pengertian atau didefinisikan sebagai “pengelolaan sumber daya manusia yang
didasarkan pada prestasi (merit ), yaitu segenap perilaku kerja pegawai dalam
wujudnya sebagai baik atau buruk, hal mana berpengaruh langsung pada naik atau
turunnya penghasilan dan karir jabatan pegawi”.
menilik sajian bagan kondep merit sysem tersebut menunjukan
bahwa, faktor prestasi kerja merupakan pusatnya sistem ini atau dengan
perkataan lain dapatdigaskan bahwa fokus kebijakan utamanya adalah dalam rangka
perbaikan atau peningkatan prestasi kerja. Bila prestasi kerjanya tergolong
baik, maka pegawai diberikan penghargaan berupa kenaikan jabatan, penghasilan
dan karir jabatan.
Sedangkan pegawai yang tergolong buruk, maka yang
bersangkutan akan diberikan hukuman berupa penurunan penghasilan atau karir
jabatan.
Kedua hal tersebut akan diterima oleh pegawai sebagai umpan
balik yang dipasitkan dapat mempengaruhi sikap-sikap serta perilaku kerjanya
pada masa mendatang . pilihan rasional
normalnya enjadi jelas bahwa, penerapan kebijakan personalia berdasarkan merit
system akan mengkondisikan segenap pegawai untuk hanya menempilkan kinerja
terbaik saja.
Kririk yang patut
dihargai atas knsepsi merit system ini tentulah berkaitan dengan pengunaan
dasar teori modifikasi perilaku. Yang sesungguhnya terjadi dalam praktik dunia
usaha adalah kompetensi atau persaingan uasaha yang kian hari dipastikan
menjadi semakin ketat karena proses globalisasi yang tak terbendung, sehingga
seluruh strategi untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan perlu dipilih hanya
yang rasional saja.
Konsep merit system tersebut terutama menimbang alasan
rasionalitas dalam upaya untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas sumber
daya manusianyakarena hal tersebut akan bermuara kepada kinerja perusahaan
secara menyeluruh.
Aspek manusiawi dari kebijakan merit system dicerminkan oleh
berbagai kebijakan yang disiapkan dalam penilaian prestasi kerja, pemberian
imbalan jasa, pengembangan karir serta pelatihan pegawainya.
- EMPAT KEBIJAKAN POKOK DALAM MERIT
SYSTEM
Penerapan kebijakan personalia berdasarkan merit system
sekurang-kurangnya haruslah ada empat kebijakan pokok sebagai sub sistemnya,
yakni (1) kebijakan penilaian karya pegawai. (2) penghasilan. (3) karir. (4)
pelatihan.
Sub
sistem yang pertama terpenting adalah kebijakan personalia dibidang penilaian
karya pegawai dengan tujuan utamanya untuk menghasilkan nilai prestasi nilai
kerja pegawai yang optiman obyektif. Sub sistem kedua bertujuan agar perusahaan
dapat memberikan imbalan jasa yang adil dan kompetitif bagi para pegawainya.
Sub sistem ketiga dari kebijakan personalia berdasarkan merit system adalah
kebijakan personalia dibidang karir. Sedangkan sub sistem keempat merit system
adalah pelatihan pegawai dengan tujuan utamanya untuk meningkatkan secara optimal
aspek pengetahuan, keterampilan dn sikap-sikap kerja pegawai.
- ILUSTRASI PENERAPAN MERIT SYSTEM
Konsep kebijakan personalia berdasarkan merit system
dapatditerjemahkan sebagi mana ilustrasi kasus pada gambar 1.3. dalam
distribusi normal, prestasi kerja pegawai dapat dibedakan dalam tiga golongan,
yaitu prestasi baik, sedang, dan buruk. Bila
seorang pegawai tergolong tinggi atau baik dalam kinerjanya, maka perusahaan
memberikan hadiah berupa kenaikan penghasilan. Bila seorang pegawai
berprestasi sedang atau cukup, maka akan
menerima pndapatan yang sama dengan yang diterima sebelunya. Sedangkan pegawai
yang berprestasi rendah atau buruk akan mendapatkan hukuman berupa penurunn
jumlah penghasilan.
- PENDEKATAN DAN METODE PERUMUSAN
MERIT SYSTEM
Kebijakan personalia berdasarkan merit sistem akan mendekati
sempurna disimak dari teoritik dalam perumusannya mengandalkan dua pendekatan,
yaitu top-down dan bottom-up. Pendekatan top-down dimaksudkan bahwa, kebijakan
personalia berdasarkan merit system akan memedomani segenap ketentuan literatur
serta peraturan perundangan yang relevandengan upaya-upaya peningkatan prestasi
kerja pegawai.
Sedangkan pendekatan
bottm-up, kenyataan dilapangan yang berkaitan dengan upaya peningkatan
personalia berdasarkan merit system. Metode yang relevan pendekatan bottom-up
adalah berupa analisis jabatan serta riset kepegawaian. Dimulai dari pendekatan
top-down, maka tahap awal perumusan merit system adalah menemukan visi, misi
dan peraturan perundangan yang relevan dengan kiprah kegiatan perusahaan.
Bersama dengan data visi dan misi perusahaan, maka data
peraturan perundangan yang relevan dengan ruang lingkup usaha organisasi
perusahaan dan kebijakan personalia yang berlaku pada saat ini dibandingkan
secara kualitatif teori-teori buku yang relevan dengan konsepsi merit system.
Sedangkan dari pendekatan bottom-up, maka pegawai yang paling berkepentingan
dengan menerapkan kebijakan merit system melalui metode riset kepegawaian perlu
diketahui kondisi pengalaman, penilaian serta pendapatannya.
Masih dengan pendekatan bottom-up, fungsional kerja
dilakukan di lingkup organsasi perusahaan perlu diteliti melalui metode
analisis jabatan yang akan menghasilkan uraian jabatan dan didalamnya
mengandung lima informasi utama tentang data jabata, yakni meliputi
(1)identitas jabatan; (2) fungsi dan tugas jabatan; (3) tanggung jawb jabatan;
(4) lingkungan kerja jabatan; (5) persyaratan jabatan.
Menyangkut data lingkungan kerja
jabatan, maka sekurang-kurangnya meliputi data tentang waktu kerja, tempat
kerja, kondisi fisikal lingkungan kerja, kesehatan lingkungan kerja, kemugkinan
kecelakaan dan akibatnya bila terjdi kecelakaan kerja. Sedangkan data
persyaratan jabatan dapat terdiri atas data persyaratan pendidikan, pelatihan,
dan pengalaman minimal yang dituntut dari seorang pegawai agar mampu
menjalankan fungsi dan tugas jabatannya secara optimal.
Persyaratan
psikologik bisa terdiri atas persyaratan bakat dan kepribadian ideal
dari seseorang agar optimal dalam menjalankan fungsi dan tugas-tugas jabatan
perusahaan. Metode penilaian jabatan akan menghasilkan nilai jabatan dan kelas
jabatan.
Metode analisis isi akan menghasilkan faktor-faktor
penilaian karya pegawai. Sedangkan metode keluarga akan mendapati
kelompok-kelompok jabatan berdasarkan keserupaan jenis fungsi, tugas tanggung
jawab serta persyaratan jabatan yang diperlukan dalam rangka penyusunan jenjang
karir jabatan. Keseluruhan kegiatan analisis jabatan yang menghasilkan uaian
jabatan dan manfaatnya bagi manajemen sumber daya manusia.
Keterkaitan antara kegiatan analisis jabatan dan manajemen
sumber daya manusia tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Perencanaan sumber daya manusia,
yaitu program untuk memperkirakan kuantitas, kualitas serta saat yang
dibutuhkannya tenaga kerja guna menjalankan fungsi-fungsi jabatan
perusahaan sesuai dengan volume pekerjaan. Jumlah volume pekerjaan dan
jabatan juga menjadi dasar penetapan idaelisasi jumlah tenaga kerja yang
dibutukan, terutama bila target perusahaan sudah diketahui secara jelas.
- Rekruitmen, seleksi dan penempatan
pegawai. Rekruitmen adalah proses menarik atau mencari calon tenaga kerja
untuk pengisian jabatan lowongan dilingkup perusahaan. Seleksi adalah
proses kegiatan melihat tenaga kerja dari jumlah calon pegawai. Sedangkan
penempatan pegawai adalah proses mengaktifkan fungsi seorang pada suatu jabatan perusahaan.
- Penilaian karya pegawai, disusun
dengan menimbangkan secara cermat dimensi penilaian kegiatan kerja pegawai
dalam jabatannya.
- Penghasilan yang adil dan kompetitif
dalam pemberiannya dapat diupayakan melalui kegiatan penilaian jabatan.
- Perencanaan karir, pembuatan
keluarga jabatan didasarkan pada keserupaan atau kemiripan fungsi, tugas,
tanggung jawab, serta persyaratan jabatan yang keseluruhannya hanya mungkin
didapatkan dari data uraian jabatan.
- Pelatihan, dimaksudkan sebaga
upaya perusahaan untuk meningkatkan
segenap pengetahuan, keterampilan atau mengubah sikap-sikap pegawai.
- Struktur organisasi, disempurnakan
sesuai saran-saran dari hasil
kegiatan analisis jabatan, antara lain karena data jabatan yang ada
sekaligus mengisyaratkan efektivitas serta efisiensi suatu fungsi dan
tugas jabatan pada suatu unit kerja atau organisasi tertentu.
- Manfaat lain dari analisis jabatan
adalah bahwa, dapat membuat organisasi lebih mudah mencapai
tujuan-tujuannya, maka analisis jabatan juga memudahkan pegawai dalam
mencapai tujuan-tujuan pribadi para pegawai
- CATATAN DALAM PENERAPAN MERIT
SYSTEM
Cascio, Wayne F. (1987) menunjukan adanya tiga alasan
psikologik yang mengandung keberhasilan penerapan merit system, yaitu:
1.
Motivai kerja pegawai,
meningkat selaras dngan adanya kejelasankaitan antara bekerja keras dengan diperolehnya penghargaan. Berdasarkan
definisi merit system, kemungkinan pemberian penghargaan yang tidak saja berbentuk
finansial namun juga berupa non finansial dalam wujud pengembangan karir dan
dengan sendirinya adalah juda termasuk kepesertaan pegawai dalam program
pelatihan pegawai.
2.
Pemahaman yang berkembang
dikalangan pegawai adalah bahwa, segenap kompetensi dan kontribusi relatif
prestasi kerja yang menjadi dasar pertimbangan pemberian pemberian penghargaan
tersebut.
3.
Hal yang sebaliknya terjadi
bagi par pegawai yang rendah prestasi kerjanya, kerap kali keluar atau bahkan
berpindah-pindah kerja keperusahaan lainnya.
Selain menyajikan formula untuk meningkatkan efektivitas
penerapan kebijakan merit system tersebut, cascio juga mengigatkan perlunya
mewaspadai adanya delapan kondisi yang secara potensial dapat menjadi kendala
atau menghambat keberhasilan penerapan kebijakan personilia berdasar merit
system, yatu:
1.
Nilai insentif untuk
menghargai prestasi kerja yang ditawarkan terlalu rendah.
2.
Keterkaitan atau hubungan
prestasi kerja dan penghargaannya kerapkali jadi melemah karena kenaikan
prestasi kerja dijadikan sebagai dasar permanen.
3.
Keterkaitan atau hubungan
antara prestasi kerja dan pemberian penghargaannya tidak terlalu nampak jelas
atau lemah sekali hubungannya.
4.
Kesepakatan antar serikat
pekerrja dari berbagai perusahaan mempengaruhi pemberian penghasilan berdasarkan
prestasi.
5.
Hakekeat prestasi kerja
parapemegang jabatan manajerial kerap kali sukar diukur serta sulit
mengaitkannya dengan kinerja organisasi perusahaan secara keselurhan.
6.
Ada kalanya manajer enggan
mengakui pencapaian prestasi kerja tinggi para pegawainya sebagai akibat dari
kurang akurat hasil penilaian karya pegawai.
7.
Mengingat kebanyakan
pegawai pada umumnya merasa diri sudah berprestasi kerja tinggi, maka pemberian
penghasilan berdasarkan prestasi kerja ini relatif sulit memberikan umpan balik.
8.
Penghasilan berdasarkan
prestasi kerja menekankan kaitan antara prestasi kerja dengan uang.sistance
Sedangkan dari sisi pegawai, maka sikap-sikap keengganan
berubah atau resistance to change dari sementara kalangan pegawai akan
bepotensi mejadi kendala dalam penerapan merit system. Ditinjau dari
efektivitasnya, maka penerapan merit system akan efektif bila terdpat komitmen
penuh dari segenap pihak, yaitu pimpinan dan pegawai perusahaan pada hal-hal
sebagai beriku:
1.
Tetapkan pagu atau prestasi
kerja
2.
Bakukan pemberian
penghargaan berdasarkan prestasi kerja yang berhasil dicapai oleh setiap
pegawai
3.
Gunakan skala kenaikan
penghasilan yang besar dan bernilai signifikan.
4.
Kembangkan sistem penilaian
karya pegawai yang berfokus pada kekhasan jabatan, berorientasi pada hasil
kerja serta penilaian oleh lebih dari satu penilai.
Memperhatikan berbagai kendala dan ancaman rendahnya
efektivitas penerapan merit system, maka keberhasilan merit sistem perlu
memenuhi sekurang-kurangnya tiga pesyaratan pokok, yakni:
1.
Tetapkan target prestasi
kerja yang relevan dengan upaya pencapaian visi dan misi perusahaan, jelas
totok ukurnya dan memungkinkan untuk dapat dicapai.
2.
Fasilitasi atau sediakan
peralatan, metode serta dana kerja yang tepat dan mencukupi untuk mencapai
targer prestasi kerja yang telah ditetapkan tersebut. Modal utama pegawai
adalah berupa kemampuan dan semangatnya, sehingga menjadi kewajiban perusahaan
untuk menyediakan peralatan, metode serta dana kerja yang tepat untuk dapat
mencapai target-target prestasi kerja yang dituntut dalam rangka pencapaian
visi dan misi perusahaan.
3.
Berikan rewart atau
punishmen yang tepat, akurat dan signifikan disesuaikan dengan tinggi atau
rendahnya prestasi kerja pegawa.
BAB 2
Penilaian karya pegawai
- PENGANTAR
Prestasi kerja pegawai adalah merupakan kegiatan yang kurang
menyenangkan. Penilai harus melaporkan hal-hal yang buruk dari pegawai lain
yang dinilainya. Namun tanpa adanya laporan kondisi prestasi kerja pegawai,
pihak perusahaan juga tidak bakalan mempu membuat keputusan jernih mengenai
pegawai mana yang patut diberi penghargaan dan pegawai mana pula yang patut
diberi hukuman selras dengan pencapaian tinggi-rendahnya prestasi kerja
pegawai.
Perusahaan
sesungguhnya mengharapkan prestasi atau hasil kerja terbaik dari pegawainya.
Namun hasil kerja terbaik itu akan tidak optimal penuh muncul dari pegawai dan
bermanfaat bagi perusahaan bila tidak menyediakan peralatan, metoda kerja yang
baik, data serta konteks pekerjaan lainnya yang paling tepat dalam jumlah serta
kualitas yang mencukupi.
Dasar-dasar rumusan kebijakan penilaian karya pegawai yang
akan dibahas merupakan hasil kompromi dari dua kutub kepentingan untuk
mendapatkan nilai yang obyektif. Kedudukan sentral nan penting dari kegiatan
penilaian hasi karya pegawai dalam kebijakan personalia berdasarkan merit
system, yakni tinggi-rendahnya prestasi kerja pegawai yang dinilai dengan
metode penilain karya pegawai akan menjadi acuan utama dalam menentukan
naik-turunnya penghasilan dan karir jabatan pegawai.
Penilaian karya pegawai ada dua jenis yaitu penilaian
individu dan penilaian kelompok. Dalam rangka mencapai objektivitas hasil
penilaian karya pegawai yang optimal tinggi, maka pembahasan pada bagian ini
akan ditutup dengan beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam penerapan
kegiatan penilaian karya pegawai.
- DEFINISI PENILAIAN KARYA PEGAWAI
Beberapa istilah untuk kegiatan menilai prestasi kerja
pegawai. Salah satu nya adalah istilah penilaian karya pegawai yang digunakan
dalam buku ini di pilih karena tujuan utama kebijakan merit system adalah untuk
meningkatkan kerja dan produktivitas sumber daya manusia. Dalam kaitannya
dengan kebijakan personalia berdasarkan merit system, penilaian karya pegawai
dapat didefinisikan sebagai “proses sistematik untuk menilai segenap prilaku
kerja pegawai dalam kurun waktu kerja tertentu yang akan menjadi dasar
penerapan kebijakan personalia dan pengembangan pegawai.
Dalam definisi tersebut terkandung maksut bahwa, yang
disebut sebagai sistematik adalah terkait dengan adanya kejelasan tujuan,
tahap-tahap pelaksanaan, metode serta kurun waktu penilaian pegawainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan segenap prilaku kerja pegawai adalah meliputi
perilaku nampak dan perilaku tak nampak. Dipandang dari pisisi nyatanya
darisuatu perusahaan, pegawai pada hakekatnya juga memimiliki dua peran
sebagaimana dari dua sisi mata uang logam. Pada satu sisi, pegawai adalah
pribadi atu individu yang mempunyai prestasi-pestasinya sendiri sebagai
perseorangan. Sedangkan pada sisi lain, pegawai adalah juga merupakan anggota
kelompok dari suatu unit kerja perusahaan yang bersama-sama sebagai satu
kesatuan akan menampilkan prestasi kerja kelompoknya.
- TUJUAN PENILAIAN KARYA PEGAWAI
Tujuan penilaian karya pegawai dimodifikasi menjadi untuk
kepentinganadministrasi personalia serta pengembangan diri pegawai dengan
merincikan sebagai berikut:
1.
Penilaian karya pegawai
untuk tujuan administrasi personalia, karena hasil penilaian karya pegawai akan
menjadi dasar untuk:
a.
Penetapan naik atau turunya
penghasilan pegawai.
b.
Penetapan kepesertaan
pelatihan pegawai.
c.
Penetapan jenjang karir
jabatan pegawai.
2.
Penilaian penilaian karya
pegawai untuk tujuan pengembangan diri pegawai, meliputi:
a.
Sebagai dasar untuk
mengidentifikasikan kelebihan atau kekurangan pegawai.
b.
Sebagai alat untuk
memperbaiki atau mengembangkan kecakapan kerja serta meningkatkan motivasi kerja
pegawai.
c.
Sebagai alat untuk
mendorong atau membiasakan para atasan atau jabatan penilai dalam mengamati
perilaku kerja pegawai.
- METODE PENILAIAN KARYA PEGAWAI
Metode penilaian karya pegawai dikenal dengan adanya tujuh
metode penilaian untuk mengukur prestasi kerja pegawai yakni:
1.
Rating scales
Metode ini merupakan penilaian oleh atasan terhadap pegawai
yang menjadi bawahannya berdasarkan sifat-sifat atau karakteristik
faktor-faktornya.
Terdapat 3 (tiga) jenis metode Rating scales, yaitu:
a.
Skala grafik, pada skala
penilaian yang merupakan hasil penilaian dan dianggap sebagai posisi setepatnya
yang mewakili diri pegawai yang dinilai.
Tahap pemilihan faktor-faktor yang harus diukur dari para
pegawai adalah merupakan bagian yang penting dan menentukan dari pengunaan
sistem skala grafik. Terdapan dua jenis faktor yang lazim dipertimbangkan
yaitu:
1.
Sifat- sifat khusus,
seperti motivasi dan inisiatif.
2.
Kontribusi, seperti jumlah
dan mutu kerja
b.
Skala multiple-step, pada
metode penilaian ini para penilai
diharapkan pada sejumlah
kategori alternatif yang harus dipilihnya.
c.
Skala penilaian berbasis
perilaku, yang harus memfoulasikan terlebih dahulu faktor-faktor serta serta
dimensi dari sifat dan karakteristik jabatan kedalam bentuk perilaku yang bisa
diukur dan menjadi dasar penetapan skala penilaian. Skala peniliaian berbasis
perilaku ini meliputi dua jenis yaitu:
A.
Skala perilaku harapan
Membantu penilai untuk merumuskan perilaku pegawai sebagai
diatas rata-rata, rata-rata, atau dibawah rata-rata. Garis besar
langkah-langkah utama perumusannya adalah:
a.
Sekelompok pegawai yang
berpengetahuan luas menelaah jabatan untuk maksud menerapkan faktor-faktor
prestasi.
b.
Melakukan pemilihan
bagian-bagian dari perilaku dalam bentuk kategori faktor penilaian yang akan
menjadi dasar atau pedoman penilaian sebagai tingkat prestasi untuk setiap
faktornya.
c.
Akhinya semua pedoman
penilaian yang tetap terpilih Untuk setiap faktor diberi peringkat dalam bentuk
skala penilaian.
B.
Skala pengamatan perilaku.
Dari beberpa model rating scale tersebut dapat diketahui
bahwa, skala penilaian dari metode ini mempunyai beberapa kelebihan, antara
lain adalah berupa:
a.
Skala penilaian pegawai
berbasis perilaku (behavior) akan menghilangkan ambiguity atau kerancuan
seperti yang kerap ditemukan pada model lain.
b.
Dari partisipasi para
penilai dalam membuat skala penilaian, memungkinkan penilai lebih memahami,
lebih bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pengembangan lebih lanjut.
c.
Prosedur ini memiliki nilai
yang lebih baik dalam pengukuran berbagai macam kinerja tugas-tugas jabatan.
d.
Skala penilaian ini
berpotensi dapat mejadi dasar kegiatan pengembangan pegawai perusahaan.
2.
Checklist.
Dalam metode penilaian ini, para penilai dihadapkan pada
daftar pernyataan-pernyataan khusus berikut pencantuman pilihan lainnya.
Penilai diminta untuk melaporkan secara ringkas mengenai perilaku yang
berhubungan dengan tugas-tugas jabatan pegawai. Dengan demikian para penilai
lebih bertindak sebagai reporter yang mengamati perilaku kerja pegawai
ketimbang sebagai penilai atau evaluator prestasi kerja atau kepribadian
pegawai. Dikenal adanya dua jenis checklist yang umum digunakan, yaitu:
a.
Weighted checklist,
diformulasikan dalam tiga langkah sebagai berikut:
1.
Menyusun sejumlah
pernyataan yang dapat menggambarkan perilaku kerja, baik yang efektif maupun
yang tidak efektif.
2.
Setiap pernyataan diberikan
skala penilaian yang menimbang dua kutub berlawanan. Seperti “tidak disukai”
sampai “disukai” atau “sangat tidak setuju” sampai “sangat setuju”
3.
Untuk setiap pernyataan
dinilai dan diberi bobot berdasarkan nilai rata-rata dari nilai yang diberikan
oleh para penilai.
b.
Forced-choice checklist
Metode penilaian ini digunakan untuk mengevaluasi perilaku
kerja pegawai yang lebih mengacu kemodel matematis atau statistik dn agak populer
penggunaannya. Bentuk penilainnya agak khusus, yakni:
a)
Setiap kelompok perilaku
kerja disediakan empat pernyataan.
b)
Untuk setiap kelompok
prilaku kerja tersebut, penilai diminta memberikan penilaian menurut faktor
penilaiannya.
Salah satu metode Forced-choice checklist adalah untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya penilaian yang tidak berimbang atau berat
sebelah karena penilaian memaksakan sesuatu pilihan yang nampak berkesan sama.
Dalam metode ini kerapkali sukar menentukan pilihan yang tepat, terutama bila
ada perbedaan dalam 1). Tugas jabatan yang dinilai; 2) standar penilaian; 3)
keahlian yang diperlukan untuk menilai; 4) pengalaman yang diperlukan dalam
penilaian pegawai.
3.
Employee comparison
Metode penilaian dengan cara membandingkan antara satu pegawa terhadap pegawai lainnya
ini terdiri atas 3 macam, yakni:
a)
Forced-rank, penilai
diminta untuk membuat urutan atau peringkat pegawai yang dinilai, dari yang
paling rendah sampai yang paling tinggi. Salah satu teknis pelaksanaannya
Adalah sebagai berikut:
1.
Faktor-faktor dari dimensi
kemampuan atau keberhasilan kerja diidentifikasikan terlebih dahulu.
2.
Membuat urutan, rangking
atau peringkat secara terpisah untuk setiap faktor penilaiannya.
3.
Membuat urutan atau
peringkat menyeluruh untuk semua pegawai dengan menghitung rata-rata atau
peringkat dari faktor-faktor penilaian tersebut.
b)
Paired comparison
Metode ini berkaitan dengan proses pengambilan keputusan
oleh penilai. Prosedurnya adalah:
1)
Penilai diminta untuk
membandingkan setiap pasangan pegawai.
2)
Penilai memutuskan siapa
diantara keduannya yang paling menonjol.
c)
Forced distribution
Dengan metode ini para penilai dipaksa membuat pengelompokan
para pegawai kedalam suatu skala prosentase sesuai dengan faktor penilaian
prestasi kerja pegawainya. Metode ini bisa digunakan bila:
1)
Jumlah pegawai yang dinilai
30 orang atau lebih.
2)
Variasi karakter
individunya cukup menonjol.
3)
Kecakapan kerja pegawai
diasumsikan membentuk kurva normal.
Dengan metode ini kelompok pegawai dibagi-bagi lagi kedalam
urutan kategori penilaian sebagai berikut:
I.
Istimewa
II.
Diatas rata-rata
III.
Rata-rata
IV.
Dibawah rata-rata
V.
Buruk
Meskipun unggul dalam hal pendekatan kuantitatif untuk
menetapkan urutan peringkat nilai para pegawainya, namun metode ini memiliki
kelemahan dalam hal:
1)
Metode ini memeksa penilai
membandingkan pegawai yang satu terhadap pegawai yang lainnya.
2)
Persentase yang masuk dalam
setiap urutan sesungguhnya hanya berdasarkan asumsi saja.
4.
Crtical incident
Metode penilaian pegawai ini melibatkan para atasan yang
harus mencatat semua kejadian-kejadian kritis yang dinilai penting dari
perilaku pegawai yang biasa maupun yan luar biasa berdasarkan tampilan kejadian
sehari-hari. Untuk tingkatan manajer maka kriteria-kriteria yang dapat dipakai
antara lain adalah:
a.
Kemampuan merencanakan
b.
Pengambilan keputusan
c.
Pembuatan laporan
d.
Hubungan interpersonal dan
sebagainya.
Untuk meningkatkan para staf atau pelaksana, jenis kriteria
yang dapat dipakai adalah dapat berupa:
a.
Tanggung jawab
b.
Prakarsa atau inisiatif
c.
Kerja sama dengan rekan
sekerja
d.
Disiplin dan sebagainya
5.
Essay evaluation
Prosedur yang dilakukan dalam metode ini adalah berupa
penugasan atau meminta penilai untuk menyusun suatu karya tulis yang isi nya
menggambarkan tentang krlebihan dan kelemahan setiap personil yang dibawahinya.
a.
Prakarsa atau inisiatif
b.
Kerja sama
c.
Pengetahuan jabatan
d.
Hasil kerja dan sebagainya.
Dari karya tulis tersebut selanjutnya diminta komentar atau
tanggapan dari penilai lain pada perusahaan yang sama. Komentar-komentar
tersebut meliputi:
a.
Prestasi kerja
b.
Latar belakang pencapaian
prestasi kerja
c.
Sifat atau karakter
pekerjaan
d.
Kebutuhan pengembangan dan sebagainya.
Dalam aplikasinya, para atasan diharapkan mampu menuliskan
atau mendeskripsikan perilaku kerja para bawahannya secara obyektif, baik
secara berkonotasi positif maupun negatif. Untuk dapat mengunakan metode ini
dengan baik, penyelia atau supervisor perlu mengenali benar perilaku kerja para
bawahannya. Hal ini sukar dilaksanakan, terutama jika secara fisikal bawahan
bekerja jauh diluar jangkauan pengawasan penyelia.
6.
Manajemen berdasarakan
sasaran
Metode ini digunakan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan
dari metode penilaian lainnya yang lebih berokus pada proses . prosedur dari
metode penilaian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a.
Setiap bawahan diminta
untuk menentukan sasaran dan target prestasi kerja jangka pendek.
b.
Atasan dan bawahan
bersama-sama membicarakan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran
tersebut dan untuk menyesuaikan terhadap organisasi sebagai keseluruhan.
c.
Atasan menuliskan hasil
penilaian yang terperinci mengenai bawahannya dan bawahannya menuliskan
prestasi kerja yang dapai atau tidak dapat dicapainya.
Proses penilaian pegawai menurut metode ini memberikan
kesempatan bagi para bawahan untuk membuat penilaian atas hasil kerjanya sendiri.
Kelebihan-kelebihan metode penilaian ini adalah:
a.
Tersedianya pagu atau
standard penilaian untuk setiap jabatan.
b.
Berorientasi ke masa depan
c.
Lebih memotivasi pegawai
guna mencapai target
d.
Komitmen pegawai tinggi
karena terlibat langsung dalam penetapan target, sasaran atau pagu penilaian
prestasi kerja
e.
Memberikan umpan balik yang
obyektif bagi pegawai khususnya serta organisasi pada umumnya.
Sedangkan titik kelemahan pada metode ini terletak pada:
a.
Penetapan standard penilai
sering kali tidak sesuai dengan kenyatan yang deharusnya
b.
Sulit diterapkan bila iklim
hubungan atasan dan bawahan berciri otoriter
c.
Sangat menekankan prestasi
kerja dalam artian hasil kerja.
7.
Assesment center
metode assesment center secara umum meliputi 3 aspek, yakni
kecerdasan, kepribadian, serta kerampilan manajerial. Metode yang digunakan
dalam assesment center adalah berupa:
a.
Psychological-test, terdiri
atas serangkaian test untuk
mengidentifikasikan taraf kecerdasan.
b.
Simulation exercist, untuk
mengidentifikasikan manajerial skill pegawai.
- FAKTOR PENILAIAN KARYA PEGAWAI
Faktor penilaian karya pegawai memiliki sembilan kriteria
sebagai berikut:
a.
harus mengukur perilaku kerja dan hasilnya
secara obyektif.
b.
secara rasional harus
terkait dengan kegiatan kerja
c.
meliputi segenap perilaku kerja dan hasil
kerja yang dapat didentifikasikan
d.
Perilaku kerja dan hasil
kerja yang penting harus tercakup dalam kriteria yang komprehensif
e.
Tidak ada tumpang tindih
antar kriteria
f.
Perilaku kerja dan hasil
kerja yang kurang penting dikeluarkan
g.
Kriteria haruslah
dijabarkan dan diberi nama secara komprehensif
h.
Kriteria harus sesuai
dengan tujuan dan budaya organisasi
i.
Sewaktu-waktu kriteria
perlu ditinju ulang menilik kemungkinan adanya perubahan organisasi.
Selain memedomani kriteria tersebut, richart williams juga
menunjuk performance atau prestasi kerja sebagai dihasilkan oleh adanya 3 hal
sebagai berikut:
a.
Kemampuan atau ability
dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi
b.
Kemauan, semangat, hasrat
atau motivation dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk berprestasi
c.
Kesempatan untuk
berprestasi.
Khusus dalam menentukan faktor individu pegawai, maka
lingkungan kerja dalam wujudnya sebagai kesempatan untuk berprestasi yang bisa
dipengaruhi oleh peralatan kerja, bahan, lngkungan fisikal kerja, perilaku
kerja pegawai lain, pola kepemimpinan dan pembimbingan atasan dan lainnya.
Mengacu pada hasilkajian tersebut serta tujuan umum
kebijakan merit system sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dan
produktivitas pegawai, maka hal-hal pokok yang setidaknya harus dinilai dalam
kegiatan penilaian individu pegawai adalah meliputi faktor performance,
ability, motivation, dan potency pegawai dengan pola keterkaitannya. Ketiga hal
ini adalah penentu tampilan hasil kerja pegawai.
Faktor penilaian indivdu yang akan didalami dan digunakan
lebih lanjut dalam buku ini adalah yang menyangkut empat faktor umum, yakni
performance, ability, motivation, potency. Maka, tiga faktor umum yaitu berupa
abiliyy, motivation, dan potency disebut sebagai compentency, yaitu segenap
kemempuan dan hasrat atau kesediaan untuk berprilaku tertentu yang akan
menghasilkan performance.Performance merupakan faktor penilaian dari kelompok
keluaran (output).
Faktor utama yang bisa
dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelompok pegawai pada suatu unit
kerja perusahaan adalah, yakni:
a.
Financial
b.
Operation
c.
Customer satisfaction
d.
Facility
e.
Personnel
f.
Administration.
- TOLOK UKUR KINERJA
Tolok ukur kinerja adalah daerah atau wilayah kinerja
jabatan atau unit kerja perusahaan yang dapat diterima atau ditolak terkait
dengan upaya perusahaan untuk mencapai visi dan misinya.
Dengan menimbang
keselarasan serta aspek komunikatif dalam penerapannya dilapangan, maka
tolok ukur kinerja jabatan tersebut juga dapat disebut sebagai Sasaran Hasil
Kerja Individu (SHKI) ataupun Sasaran Kerja Individu (SKI). Sementara bagi
tolok ukur kinerja unit kerja organisasi dapat pula disebut sebagai Sasaran
Hasil Kerja Kelompok (SHKK) ataupun Sasaran Kerja Kelompok (SKK).
Tolok ukur, pagu kinerja menjadi pedoman utama dalam
menentukan hasil penilaian apakah pegawai dapat mencapai target jabatannya
ataukah tidak.
Salah satu persyaratan utama keberhasilan kebijakan merit
system terletak pada kemampuan perusahaan untuk menetapkan target prestasi kerja.
Dalam hal tersebut, maka tolok ukur kinerja jabatan adalah merupakan alat utama
yang penetapannya merupakan turunan dari visi dan misi perusahaan yang lalu
menentukan target organisasi perusahaan setelah para pemegang saham
menetapkannya.
Dalam penerapan kebijakan penilaian karya pegawai, maka
tolok ukur kinerja jabatan terutama seringkali dibutuhkan oleh kelompok faktor
keluar (output), hasil kerja atau performance.
Richard williams menerapkan tiga darisembilan ciri target
tabatan yang lazimnya dapat diterima oleh kalangan luas, yaitu bahwa:
- Target dan sasaran-sasaran hasil
kerja haruslah khas atau spesifik.
- Haruslah didefinisikan dalam
bentuk hasil kerja yang dapat diukur
- Target-target bagi individu
pegawaidan unit kerja organisasi haruslah saling terkait satu sama lain.
Mengacu pada segenap ciri target hasil kerja yang baik
tersebut, maka dalam buku ini tolok ukur kinerja atau performance standard
disusun berdasarkan tiga kriteria umum, yaitu QQC atau singkatan dari Quantity;
Quality; dan Cost. Perincian penjelasan mengenai ketiga kriteria umum QQC yang
dapat digunakan dalam penetapan tolok ukur jabatan ataupun tolok ukur kinerja
unit kerja organisasi.
- PENILAIAN INDIVIDU
1.
Definisi
Penilaian individu adalah penilaian kerja pegawai bagi
perseorangan, pribadi atau individu pegawai yang bekerja disuatu perusahaan
2.
Faktor penilaian individu
Dengan memedomani segenap kriteria dan prosedur penetapan
faktor penilaian karya pegawai, maka khusus untuk penetapan faktor penilaian
individu kiranya dapat menimbang dua kriteria umum, yaitu relevan dengan
pelaksanaan tugas jabatan dan dapat diukur.
3.
Tolok ukur kinerja jabatan
Berdasarkan segenap pertimbangan dalam penetapan tolok ukur
kinerja jabatan atau yang dengan pertimbangan komunikatifnya dalam penerapan
sehari- hari dapat pula disebut sebagai Sasaran Hasil Kerja Individu (SHKI)
atau Sasaran Kerja Individu (SKI).
4.
Kategori faktor penilaian
individu
Faktor penilaian individu yang sudah dipilih untuk digunakan
dalam penilaian karya pegawai haruslah dijabarkan, sekurang-kurangnya menjadi
dua kategor, yaitu menurut ukuran normatif dari kategori prestasi kerja yang
bernuansa positif (baik) dan negatif (buruk).
5.
Penilai dan yang dinilai
Menentukan siapa yang dinilai relatif lebih mudah, karena
dalam kebijakan merit system seluruh pegawai harus dinilai. Sehingga dalam
kaitannya dengan penilaian individu, maka yang dinilai adalah setiap pegawai
perusahaan sebagai perseorangan, pribadi atau individu.
Sementara dari segi siapa yang menilai (rater), pertimbangan
utama yang digunakan adalah derajat obyektivitas hasil penilaian yang
diharapkan.
Pada prinsipnya pola multy raters-yakni jumlah penilai lebih
dari satu orang, menjanjikan hasil penilaian yang lebih obyektif daripada yang
berpola single rater-yakni jumlah penilai tunggal atau hanya ada satu orang
penilai saja.
Dalam pola multy rater tersebut, seorang pegawai pemegang
jabatan yang tidak membawahi jabatan lain atau lazim disebut sebagai pemegang
jabatan pelaksana, petugas, staff akan dinilai oleh atasan langsung dan sesama
pegawai yang menjadi rekan sekerja pada unit kerja yang sama. Sementara pegawai
pemegang jabatan yang membawahi jabatan lain atau lazim disebut sebagai kepala
regu, mandor, supervisor, atau manajer akan dinilai oleh atasan langsung,
sesama kepala regu, mandor, supervisor atau manajer terkait dan para bawahan
langsungnya.
6.
Periode penilaian individu
Untuk menetapkan periode penilaian individu perlu
dipertimbangkan aspek tujuan-tujuan penilaian karya pegawai secara umum serta
administrasi penilaiannya.
Tujuan penilaian antara lain adalah sebagai wahana
komunikasi antara atasan dengan bawahan atau sesamanya melalui proses
konseling, kemudian demi menjamin terpenuhnya target jabatan agar target unit
kerja juga dapat dicapai dengan taraf penyimpangan yang minimal, maka
idealisasi periode penilaian individu
adalah bahwa, semakin sering dilakukan penilaian individu akan semakin baik
dampaknya bagi efektivitas pencapaian target-target perusahaan.
7.
Nilai prestasi individu
Pernyataan ini berkaitan dengan metode perhitungan total
nilai prestasi individu pegawai. Karena tuntutannya obyektivitas penilaiannya,
maka metode perhitungan total nilai prestasi individu pegawai harus pula
dilakukan secara kuantitatif.
8.
Klasifikasi prestasi
pegawai
Pernyataan ini berkaitan dengan teknik menentukan
klasifikasi totalitas prestasi seseorang berdasarkan nilai prestasi individu
(NPI).
Faktor penilaian individu pegawainya menggunakan empat
kategori yaitu sangat baik (4); baik (3); kurang (2); dan sangat kurang (1).
9.
Daftar uraian prestasi
Berdasarkan data nilai prestasi individu (NIP) dan
klasifikasi prestasi setiap pegawai dari suatu periode penilaian individu,
selanjutnya Perusahaan menyusun Daftar Urutan Prestasi (DUP), yaitu suatu
urutan atau peringkat pegawai mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling
rendah prestasi kerjanya.
Laporan DUP pada hakekatnya adalah merupakan umpan balik
atau cerminan dari kondisi kinerja perusahaan sebagai suatu totalitas dan
terlebih lagi adalah juga bagi segenap egawai yang sekaligus juga menjadi dasar
utama perusahaan dalam membuat keputusan dibidang kepegawaian.
Penggunaan DUP sebagai dasar utama dalam penetapan kebijakan
personalia memungkinkan tercapainya transparansi atau keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan manajemen dibidang personalia
- PENILAIAN KELOMPOK
1.
Definisi
Penilaian kelomok adalah penilaian karya pegawai bagi
seluruh pegawai sebagai satu kesatuan yang menjadi anggota kelompok suatu unit
kerja suatu perusahaan.
2.
Faktor penilaian kelompok
a.
Financial
b.
Operation
c.
Customer satisfaction
d.
Facility
e.
Personnel
f.
Administration
3.
Target penilaian kelompok
Berdasarkan faktor dan bobot faktor penilaian kelompok yang
sudah dipilih sesuai dengan kebutuhan perusahaan agar terus mampu
mempertahankan eksistensi dan berkembang di masa datang mengapai visi dan
misinya, target penilaian kelompok perlu ditetapkan dengan cermat karena akan
berpengaruh langsung pada totalitas kinerja perusahaan. Data target penilaian
kelompo dapat bersumber pada data perencanaan perusahaan, rencana kerja tahunan,
data historis dari kinerja unit-unit kerja perusahaan pada tahun-tahun
sebelumnya dan data lain yang relevan dengan aspek terjang kegiatan perusahaan.
4.
Penilai dan yang dinilai
Secara perusahaan, yang bertindak sebagai penilai dalam
penilaian kelompok bagi setiap unit kerja perusahaan adalah direksi perusahaan.
Sementara direksi sendiri akan dinilai oleh pemegang saham perusahaan.
Sedangkan yang dinilai dalam penilaian kelompok adalah setiap unit kerja dalam
organisasi perusahaan.
5.
Periode penilaian kelompok
Penilaian perlu semakin sering dilakukan sehingga setiap
kali pihak manajemen dapat menerima umpan balik serta melakukan tindakan
korektif yang tepat guna memperbaiki kinerja suatu unit kerja organisasi
perusahaan yang bermasalah tanpa perlu menunggu masalahnya berkembang menjadi
kian parah.
6.
Nilai prestasi kelompok
Nilai prestasi kelompok (NPK) segenap pegawai pada satu unit
kerja organisasi perusahaan dihitung dengan cara membandingkan antara realisasi
hasil kerja kelomok unit kerja terhadap targetnya.
7.
Klasifikasi prestasi
kelompok
Klasifikasi prestasi kelompok ditetapkan dengan asumsi bahwa
eksistensi dan pencapaian visi serta misi perusahaan hanya dapat dilakukan
melalui pencapaian target-target jangka pendek yang terdapat pada rencana kerja
tahunan perusahaan.
- CATATAN DALAM PENERAPAN PENILAIAN
KARYA PEGAWAI
Kebijakan penilaian karya pegawai sebagai salah satu sub
sistem paling penting dalam totalitas penyelenggaraan kebijakan personalia
berdasarkan merit system dapat menghasilkan nilai prestasi kerja pegawai yang
optimal obyektif karena adalah tidak mungkin untuk menggapai hasil penilaian
yang bersifat maksimal. Hal-hal khusus tersebut adalah meliputi:
a.
Libatkan para wakil dari
fungsi-fungsi utama organisasi perusahaan dalam perumusan kebijakan penilaian
karya pegawai.
b.
Berikan pelatihan kepada
seluruh pegawai sehingga para pegawai memiliki keteramilan yang tinggi untuk
menjalankan kegiatan penilaian karya pegawai.
c.
Libatkan para pegawai yang
dinilai dalam menetapkan target-target hasil kerjanya.
d.
Fasilitasi para pegawai
dengan peralatan, metode dan dana kerja yang sesuai dengan upaya pencapaian
target-target hasil kerja.
e.
Agar tercapainya hasil
penilaian yang obtimal obyektif, berpijaklah senantiasa hanya pada data
perilaku kerja pegawai.
BAB 3
Penghasilan
pegawai
- PENGANTAR
Sebagai
penghargaan atas penyerahan dan pemberian segenap hasil kerja atau performance
pegawai, maka perusahaan memberikan balas jasa, imbalan jasa, penghargaan dan
penghasilan.
Ditinjau
dari sisi pandang perusahaan, pemberian imbalan jasa atau penghasilan akan
selalu dikaitkan kualitas, kuantitas dan manfaat jasa yang dipersembahkan oleh
pegawai bagi perusahaan tempatnya bekerja. Sedangkan ditinjau dari sisi pandang
pegawai menilai bahwa, balas jasa dapat dilihat sebagai sarana pemenuhan
berbagai kebutuhan hidupnya.
Benturan
kepentingan antara perusahaan dengan para pegawai dalam pemberian penghasilan
kerapkali menimbulkan masalah. Oleh karena sedemikian penting dan krisisnya
masalah pemberian penghasilan pegawai ini, maka perusahaan perlu sekali
mencermatinya dengan seksama agar berposisi pada titik keseimbangan yang
optimal dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pegawai serta perusahaan,
sehingga kedua belah pihak sama-sama menang sakaligus sama-sama senang. Ketidak
puasan pegawai akan penghasilkan yang diterima pada gilirannya mempengaruhi
produktivitas perusahaan secara umum. Sebaliknya pemberian penghasilan yang
terlalu tinggi juga bisa merugikan perusahaan maupun individu itu sendiri.
Bagi perusahaan, mengalokasikan dana untuk
anggaran biaya pegawai yang terlalu tinggi justru akan menyebabkan berkurangnya
daya saing perusahaan serta merugikan kemampuan perusahaan untuk menyediakan
jabatan-jabatan baru yang sesungguhnya memeng diperlukan oleh perusahaan
sejalan dengan perkembangan-perkembangan usaha yang dicapainya.
Dalam
totalitas penerapan kebijakan personalia berdasarkan merit system, maka
penghasilan pegawai merupakan penguatan bentuk uang atau atas kondisi tampilan
hasil kerja pegawai.
- DEFINISI
PENGHASILAN KERJA PEGAWAI
Dalam
penerapan kebijakan personalia bersdasarkan merit system, maka penghasilan
diberikan batasan pengertian atau di definisikan sebagai “imbalan jasa dari
perusahaan yang diberikan kepada para pegawainya dalam bentuk uang atau
fasilitas yang dapat dipadankan dengan nilai unag sesuai dengan kontribusi
relatif pegawai dalam pencapaian kinerja perusahaan”. Cerminan kontribusi
relatif para pegawai dalam pencapaian kinerja perusahaan antara lain dapat
dikenali dari dua pendekatan. Pertama adalah ditunjukan dari tugas jabatan yang
diduduki oleh pegawai. Sedangkan hal yang kedua akan ditentu oleh tinggi
rendahnya prestasi kerja pegawai. Berdasarkan tujuan pemberian terdapat tiga
jenis penghasilan pegawai, yaitu gaji, tunjangan dan premi serta nisiatif.
- TUJUAN
PEMBERIAN PENGHASILAN PEGAWAI
Setidaknya
terdapat tiga tujuan pemberian penghasilan sebagai berikut:
a.
Untuk menarik dan mendapatkan pegawai yang berkemampuan
b.
Untuk memotivasi pegawai agar menampilkan prestasi kerja
terbaiknya
c.
Untuk mempertahankan pegawai agar tetap bekerja diperusahaan
sampai kurun waktu lama.
Sedangkan
pengembangan tujuan-tujuan lainnya dari pemberian penghasilan dapat meliputi:
d.
Menciptakan rasa keadilan baik kedalam ataupun keluar perusahaan
e.
Untuk memenuhi ketentuan hukum perundangan ketenagakerjaan yang
berlaku
f.
Untuk meningkatkan efisiensi dalam kegiatan administrasi
perusahaan umumnya serta administrasi kepegawaian khususnya.
- TAHAPAN
PROSEDUR PENYUSUNAN PENGHASILAN PEGAWAI
Pada
dasarnya prosedur penyusunan sistem balas jasa atau penghasilan pegawai
memerlukan empat tahap, yakni:
1.
Perumusan uraian jabatan melalui kegiatan analisa jabatan
2.
Mengupayakan keadilan internal melalui penilaian jabatan
3.
Mengupayakan keadilan eksternal melalui survei penghasilan
4.
Penetapan harga jabatan
- GAJI
1.
Definisi
Gaji adalh
komponen imbalan jasa atau penghasilan yang pemberiannya didasarkan pada
berat-ringannya tugas jabatan yang
diduduki oleh pegawai.
2.
Penilaian jabatan
Penilaian
jabatan adalah metode pembobotan berat-ringannya suatu jabatan dibandingkan
jabatan-jabatan lainnya di lingkup organisasi perusahaan yang sama. Hasil
penilai jabatan adalah berupa nilai jabatan dan kelas jabatan yang mencerminkan
dari upaya sistematis perusahaan untuk mendapatkan keadilan internal dalam
pemberian penghasilan pegawai . terdapat dua kelompok metode kualitatif serta
kuantitatif dalam kegiatan penilaian jabatan.
Termasuk
dalam metode kualitatif adalah metode peringkatan jabatan dan kelas jabatan.
Sedangkan dari metode kuantitatif adalah metode angka serta metode pembandingan
faktor-faktor.
a.
Rangking method
Satu jabatan
keseluruhan dibandingkan terhadap setiap jabatan yang lain dari perusahaan,
sehingga dapat urutan, peringkat atau rangking dari jabatan yang paling ringan
atau sampai kejabatan yang paling berat atau sebaliknya.
Keunggulan
metode peringkat (rangking method):
·
Metodenya sederhana
·
Dapat dilakukan secara cepat dan biayanya murah
Kelemahan
metode peringkat (rangking method):
·
Tidak adanya pedoman atau standard untuk penetapan rangking
·
Bila jumlah dan variasi jabatannya banyak, maka penerapan metode
ini relatif sulit dilaksanakan.
b.
Classification method
Klasifikasi
disusun berdasarkan derajat kepentingannya yang dirumuskan sedemikian rupa
sehingga setiap kelas jabatan sudah menggambatkan tingkatan yugas, tanggung
jawab, dan persyaratan jabatan tertentu. Metode classification method memiliki
keunggulan dan kelemahan, yakni:
1.
Keunggulan metode klasifikasi (Classification method):
·
Metode penilaian jabatannya sederhana
·
Mudah dipahami dan dilaksana
·
Hasilnya bisa cukup memadai
2.
Kelemahan metode klasifikasi (Classification method):
·
Butuh ketelitian dalam menentukan klasifikasi jabatan
·
Tidak ada nilai absolut untuk penetapan nilai jabatan
·
Satu jabatan dapat tergolong dalam dua kelas jabatan atau lebih
·
Sukar dilaksanakan jika jumlah jabatanya banyak dan bervariasi
·
Relatif sukar merumuskan kalimat untuk setiap kelasnya
·
Gaji pegawai bisa berpengaruh pada penetapan kelas
c.
Factors comparison method
Dengan
dipilihnya dan digunakannya faktor-faktor krisis jabatan tersebut untuk
membandingkan antara satu jabatan terhadap jabatan lainnya maka akan diperoleh
keadilan dalam melihat perbedaan relatif derajat kepentingan dari setiap faktor
krisis tersebut bagi setiap jabatan. Dalam penerapan metode ini membutuhkan
lima tahap pelaksanaan sebagai berikut:
1.
Menetapkan faktor-faktor krisis yang secara umum terdapat dalam
setiap jabatan.
2.
Menentukan jabatan-jabatan kunci
3.
Membandingkan setiap jabatan kunci
4.
Memberikan harga untuk setiap faktor krisis
5.
Mengevaluasi jabatan-jabatan lain dengan menggunakan jabatan
kunci sebagai dasar pembandingannya.
Keunggulan
metode pembandingan faktor (Factors comparison method):
·
Perbandingan antar jabatan adalah dalam bentuk angka
·
Skala yang disusun disesuaikan dengan kemampuan perusahaan
·
Bila skala sudah tersusun maka mudah untuk menilai jabatan-jabatan
yang lainnya
·
Skalanya berbentuk satuan mata uang, sehingga tidak perlu dibuat
konversinya lagi bila hendak langsung diterapkan.
Kelemahan
metode pembandingan faktor (Factors comparison method):
·
Bila terjadi ketidakadilan dalam pemberian gaji diantara jabatan
kunci , maka ketiakadilan tersebut akan tercemin pula pada jabatan-jabatan
lainnya.
·
Mudah di pengaruhi oleh kondisi
fluktuasi perekonomian
·
Perubahan tugas pada jabatan kunci akan mempengaruhi skala gaji
·
Penyusunan skala cukup sulit
dan cukup sulit pula menjelaskannya pada para pegawai.
·
Membutuhkan banyak wakyu dan pekerjaan yang sangat rinci.
d.
Point methotau metode angka
Metode angka
kerapkali digunakan karena metode yang paling kritis dan rinci. Skala penilaian
yang menjadi pedoman penilaian jabatan berdasarkan metode angkan dan dalam
pelaksanaan penilaian jabatan dengan mengunakan metoda angka ini terdapat enam
langkah, yaitu:
1. Menentukan
faktor krisis dan sub faktornya. Dalam ahal ini lazim atau biasa dikenal adanya
empat faktor umum penilaian jabatan untuk menimbang berat ringannya suatu
jabatan, yaitu:
a.
Faktor skill, berkaitan dengan kamampuan dan keahlian
b.
Faktor effort, berkaitan dengan segenap usaha yang harus
dikerahkan oleh pemegang jabatan.
c.
Faktor responsibility, berkaitan dengan berbagai tanggung jawab
jabatan terhadap data, orang dan benda.
d.
Faktor working conditions, berkaitn dengan kondisi lingkungan
kerja jabatan.
1.
Menentukan bobot faktor.
2.
Menentukan derajat atau taraf faktor dan sub faktor jabatan.
3.
Memberikan nilai ataupun angka dari setiap sub faktor jabatan
4.
Menentukan nilai relatif dari setiap jabatan melalui kegiatan
evaluasi atas setiap jabatan.
5.
Setiap taraf atau nilai dari setiap sub faktor dijumlahkan untuk
mendapatkan total nilai jabatan.
Keunggulan
Point methotau metode angka:
·
Rumusan mengenai setiap taraf atau derajat faktor atau sub faktor
jabatan lebih dapat dipercaya
·
Perbedaan nilai antar jabatan berbentuk angka sehingga mudah
dibuat klasifikasi jabatannya
·
Sulit untuk dimanipulasi
·
Lebih teliti dan konsisten
·
Cukup mudah dipahami oleh pegawai
Kelemahan
Point methotau metode angka:
·
Agak sulit menerapkan faktor, sub faktor dan rumusan definisi dari
derajat atau taraf setiap faktor serta sub faktor jabatan
·
Agak sulit untuk menimbang bobot nilai dari setiap faktor dan sub
faktor jabatan
·
Pelaksanaannya memerlukan banyak waktu
·
Memerlukan banyak pekerjaan yang rinci
3.
Survei penghasilan
Survei
penghasilan diperlukan untuk mendapatkan
keadilan eksternal dalam pemberian penghasilan pegawai. Pegawai juga
menimbangkan beberapa penghasilan yang akan diterimannya bila bekerja disuatu
perusahaan tertentu. Oleh karena itu diperlukan empat kelompok responden
sebagai sasarannya, yaitu departemen
tenaga kerja, serikat pekerja, organisasi profesi dan dapt dilakukan penilain
khusus.
4.
Skala gaji
Skala gaji
merupakan representasi dari kegiatan menetapkan harga jabatan atau merupakan
keluaran dari tahap akhir perumusan penghasilan pegawai.
Perpaduan
hasil penilaian jabatan, survei penghasilan serta menimbang kemampuan perusahan
untuk membayarnya memungkinkan skala gaji dapat dibuat dalam dua versi, yaitu
skala overlap dan skala non-overlap. Dengan skala gaji overlap, penghasilan yang diterima oleh
pegawai pada kelas jabatan dan masa kerja tertentu akan sama dengan yang
diterima oleh pegawai penghuni kelas-kelas jabatan terdekatnya. Sedangkan pada
skala gaji non-overlap, maka gaji
tertinggi pada kelas jabatan akan menjadi dasar penetapan gaji terendah pada
kelas jabatan yang lebih tinggi.
F.
TUNJANGAN
1.
Definisi
Tunjangan
adalah komponen imbalan jasa atau penghasilan yang tidak terkait langsung
dengan berat-ringannya tugas jabatan dan prestasi kerja pegawai .
pemberian tunjangan pada umumnya terkait
dengan upaya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pegawai akan rasa aman,
sebagai bentuk pelayanan kepada pegawai serta menunjukan tanggung jawab
perusahaan kepada para pegawainya. Tunjangan pada hakekatnya dapat diartikan
sebagai:
a.
Merupakan indirect compensation yang dapat berwujud finansial
ataupun non-finansial
b.
Tidak berkaitan dengan kontribusi produktivitas pegawai bagi
perusahaan.
c.
Menunjukan kesediaan perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap
pegawainya secara sosial
d.
Diberikan oleh perusahaan agar motivasi pegawai terjaga tetap
tinggi, melalui pemenuhan kebutuhan para pegawai.
2.
Tujuan pemberian tunjangan
Pemberian
tunjangan bertujuan untuk:
a.
Meningkatkan daya tarik perusahaan bagi para calon pegawai baru.
b.
Memberikan pelayanan kepada pegawai dalam artian bahwa pemberian
tunjangan dapat mempertahankan motivasi pegawai sehingga dapat bekerja lebih
efektif.
3.
Jenis-jenis tunjangan
a.
Tunjangan untuk keaamanan dan kesehatan
b.
Tunjangan untuk bayaran pegawai pada saat tidak aktif bekerja
c.
Tunjangan untuk pelayanan pada pegawai
4.
Pola pemberian tunjangan
Pada
prinsipnya terdapat dua macam pola pemberian tunjangan, yaitu:
a.
Pola paket
b.
Pola kafetaria
5.
Pembiayaan tunjangan
Terdapat
tiga jenis pembiayaan tunjangan yaitu:
a.
Non-contributoty, yaitu
perusahaan menanggung semua biaya tunjangan yang diberikan kepada para
pegawainya.
b.
Contributory, yaitu
biaya ditanggung bersama oleh pegawai dan perusahaan.
c. Employee finance, yaitu pegawai menanggung sendiri biaya
tunjangan.
- INSENTIF
DAN PREMI
1.
Definisi
Insetif
merupakan elemen penghasilan atau balas jasa yang diberikan secara tidak atau
bersifat variable tergantung pada kondisi pencapaian prestasi kerja pegawai.
Komitmen
penghasilan ini mengkaitkat secara langsung imbalan yang diperoleh seseorang pegawai
dengan prestasi kerja yang berhasil dicapainya. Sedangkan premi adalah
merupakan biaya lebih yang diberikan karena pegawai bekerja ekstra keras untuk
berbagai keadaan atau kondisi kerja yang kurang nyaman.
2.
Tujuan pemberian insentif dan premi
Pada dasarnya
insentif dan premi merupakan upaya untuk mengkondisikan pegawai agar dapat
meningkatkan prestasi atau produktivitas kerjanya. Dalam cara pandang teori
motivasi ini, derajat usaha pegawai untuk bekerja secara optimal produktif
lebih ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:
a.
Seberapa besar arti, makna atau nilai tambahan dari imbalan yang
akan diterima oleh pegawai atas pencaapaian target kerja.
b.
Seberapa besar kemungkinan usaha-usaha keras dan luar biasa yang
dikerahkan oleh pegawai dalam bekerjanya.
3.
Jenis serta formula hitung insentif dan premi
Terdapat dua
jenis insentif, yaitu insentif individu yang diterima kepada pegawai secara
individu serta insentif kelompok yang diberikan kepada kelompok pegawai.
Sedangkan jenis premi pada umumnya berciri individual untuk kelompok pegawai
pemegang jabatan tertentu.
- CATATAN
DALAM PENERAPAN PENGHASILAN PEGAWAI
Agar
berjalan efektif dan efisien, maka penerapan kebijakan penghasilan pegawai
secara umum perlu memedomani catatan yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1.
Pemberian penghasilan atau imbalan jasa terutamanya haruslah
didasarkan pada berat-ringannya tugas
jabatan sebagaimana dicerminkan oleh nilai jabatan dan klelas jabatan serta
prestasi kerja pegawai dalam jabatan perusahaan.
2.
Pemberian kenaikan atau penurunan penghasilan haruslah bersifat
sesegera mungkin atau instan.
3.
Efektivitas juga dipengaruhi oleh nilai relatif dari penghasilan
tersebut.
BAB
4
Jenjang
karir jabatan
A.
PENGANTAR
Sebagaimana
halnya penghasilan, maka karir jabatan adalah juga merupakan penguatan
berbentuk non-finansial yang diberikan oleh perusahaan kepada pegawai sesuai
dengan kondisi prestasi kerjanya.
Dalam
perikatan pegawai dengan perusahaan tempatnya bekerja, perlu diciptakan harmoni
hubungan diwilayah pengembangan karir yang akan menciptakan suatu kondisi
dimana pegawai dan perusahaan sama-sama memetik manfaat dari terus dapat
berkembangnya segenap potensi dari pegawai yang selaras dengan berkembangnya
suatu perusahaan.
B.
DEFINISI JENJANG KARIR TABATAN
Pada lingkup pembahasan mengenai karir
sesungguhnya dikenal dengan beberara peristilahan, yakni:
a.
Karir adalah seluruh urutan pengalaman kerja, tindakan yang
terkait dengan sikap-sikap, sistem nilai dan aspirasi seseorang sepanjang
hidupnya.
b.
Perencanaan karir adalah proses pemilihan sasaran karir dan
jenjang-jenjan jabatan untuk sasaran tersebut.
c.
Perencanaan karir individu adalah proses penetapan sasaran karir
serta rangkaian kegiatan kreatif yang dikembangkan dalam rangka mencapainya.
d.
Perencanaan karir organisasi adalah proses penyiapan, penerapan
dan pemantauan jalannya sistem karir organisasi.
e.
Sasaran karir adalah jabatan-jabatan pada masa depan yang dapat
diraih oleh pegawai sebagai bagian dari rencana perjalanan karirnya.
f.
Pengembangan karir adalah pengembangan diri pegawai untuk mencapai
sasaran karir.
g.
Daur karir adalah serangkaian tahapan karir yang memberikan
gambaran dari versi individu ataupun dari versi organisasional.
h.
Jenjang karir adalah pola kesinambungan dari jabatan-jabatan pada
suatu organisasi perusahaan.
C.
TUJUAN JENJANG KARIR JABATAN
Jenjang
karir juga bertujuan untuk memberikan fasilitas bagi para pegawainya dalm
upayany untuk mengembangkan dirinya secara optimal dilingkup organisasi
perusahaan.
Secara
khusus, jenjang karir jabatan bertujuan untuk:
a.
Memberikan kepastian arah karir jabatan pegawai dalam kiprahnya
dilingkup perusahaan.
b.
Meningkatkan daya tarik perusahaan bagi para pegawai yang
berkualitas.
c.
Memudahkan manajemen dalam menyelenggarakan program-program dalam
pengembangan sumber daya manusia.
d.
Memudahkan administrasi pegawainya.
D.
DAUR KARIR
Daur karir
adalah serangkaian tahapan karir yang mengambarkan tahapan karir dari versi
individu pegawai ataupun versi organisasional perusahaan.
1.
Daur karir versi individual
Perkembangan
karir individual seseorang dapat dibagi dalam lima tahapan yang di setiap
tahapnya memiliki batas usia tertentu.
a.
Growth (usia antar 0-14 tahun)
b.
Exploratory (usia antara 15-24 tahun)
c.
Establisment (usia antara 25-44 tahun)
d.
Maintenance (usia antara 45-65 tahun)
e.
Cecline (usia lebih dari 65 tahun)
2.
Daur karir versi organisasional
Daur karir
seseorang dalam organisasi perusahaan dimulai dari proses masuk dan diterima
diperusahaan sampai perpisahan atau keluarnya dari perusahaan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan perusahaan yang berkenaan dengan daur karir versi
organisasional.
a.
Masa awal. Proses awal dari daur karir versi organisasional adalah
rekruitmen, seleksi dan penempatan.
1.
Rekruitmen, adalah proses
menarik atau mencari calon tenaga kerja untuk pengisian jabatan lowongan
disuatu perusahaan.
2.
Seleksi, adalah merupakan suatu proses kegiatan memilih tenaga
kerja dari sejumlah calon pegawai.
3.
Penempatan, adalah proses mengaktifkan fungsi seseorang pada suatu
jabatan perusahaan.
b.
Masa aktif. Selama seseorang bekerja pada perusahaan, maka ia bisa
mengalami salah satu kemungkinan untuk promosi, rotasi dan demosi.
1.
Promosi, adalah perpindahan seorang pegawai dari satu jabatan ke
jabatan lain yang lebih tinggi baik dari segi penghasilan, fungsi dan tugas,
tanggung jawab, persyaratan jabatan ataupun
level organisasi.
2.
Demosi, adalah pperpindahan seorang pegawai dari satu jabatan
kejabatan lain yang lebih rendah dari segi penghasilan, fungsi dan tugas,
tanggung jawab, persyaratan ataupun level organisasi.
3.
Rotasi, adalah perpindahan pegawai dari satu jabatan ke jabatan
lain yang relatif sama atau setara baik dari segi penghasilan, fungsi dan
tugas, tanggung jawab, persyaratan jabatan maupun level organisasi.
c.
Masa berhentinya pegawai, adalah berhentinya keaktifan seorang
pegawai dari perusahaan yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
adalah berupa sangsi atau pelanggaran berat terhadap peraturan perusahaan,
pensiun, meninggal dunia, rasionalisasi pegawai akibat restrukturisasi
organisasi ataupun mengundurkan diri.
E.
METODE PENYUSUNAN JENJANG KARIR JABATAN
Secara
rinci, terdapat empat tahapan utama untuk menyusun jenjang karir jabatan pada
suatu perusahaan. Tahapan yang dimaksud adalah:
1. Pengumpulan
data jabatan melalui kegiatan analisa jabatan yang khusus ditujukan bagi
perumusan jenjan karir organisasional.
2. Susun
keluarga jabatan dengan memedomani data jabatan, utamanya adalah yang menyangkut data persyaratan
jabatan.
3.
Tetapkan kelas jabatan melalui kegiatan penilaian atau evaluasi
jabatan.
F.
PERENCANAAN KARIR INDIVIDUAL
Perencanaan
karir individual adalah upaya perorangan pegawai untuk menentukan dan memilih
jenjang dan arah karir pada suatu perusahaan.
Yang perlu
mendapatkan perhatian utama dalam kegiatan perencanaan karir individual adalah
aspek kesadaran dan pengenalan diri seseorang akan kemampuan, minat-minat,
harapan dan potensinya.
Hal-hal yang
berkaitan dengan perencanaan karir individual adalah:
1.
Kepribadian dan orientasi pekerjaan. Kepribadian seseorang yang
mempengaruhi orientasi pekerjaan merupakan unsu penting dalam pemilihan karir
individual. Dikenal dengan adanya enam orientasi pribadi sebagai dasar
menentukan jenis karir yang hendak digeluti, yaitu orientasi realisti,
orientasi investigatif, orientasi sosial, orientasi konvensional, orientasi
usaha dan orintasi artistik.
2.
Jangkar karir, adalah merupakan minan dan sistem nilai yang
dipegang teguh oleh seseorang pada saat menentukan pilihan karir.
3.
Upaya peningkatan karir individual. Setiap orang harus bertanggung
jawab pada pengembangan karirnya sendiri. Dari adanya komitmen berikut,
selanjutnya setiap individu harus mengupayakan hal-hal, yakni prestasi kerja,
efektivitas penampilan diri dan inisitif mengembangkan diri.
BAB
5
Pelatihan
pegawai
A.
PENGANTAR
Pelatihan
atau training bagi para pegawai diberikan oleh perusahaan dalam rangka
menjembatani adanya kesenjangan antara kondisi faktual dari kinerja pegawai
terhadap tuntutan ideal standard kinerja jabatan yang diduduki oleh pegawai
sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan, keterampilan, serta sikap-sikap
kerja tertentu.
Pelatihan
pada umumnya bermaksud untuk mengembangkan prilaku tertentu guna memenuhi
tuntutan tugas-tugas jabatan sehingga pegawai sepenuhnya dapat berfungsi
optimal dalam jabatannya. Pelatihan bersama-sama dengan pendidikan dan
pengalaman menjadi salaah satu penentu tinggi-rendahnya kemampuan seseorang
dalam menjalankan fungsi dan tugas-tugas jabatannya.
Pembandingan
antara lamanya waktu yang diperlukan oleh pegawai untuk mencapai taraf kerja
optimal melelui dua proses, yaitu pelatihan terhadap pengalaman, diketahui
bahwa yang menerima pelatihan cenderung lebih cepat mencapai taraf kerja
optimal dibandingkan terhadap yang menjalaninya langsung melalui pengalaman
kerja.
Agar
kegiatan pelatihan menjadi efektif, maka diperlukan rencana, diselenggarakan
sesuai rencananya serta dievaluasi secara berkala yang hasil evaluasinya
mempengaruhi perencanaan program pelatihan selanjutnya.
Daur
pelatihan tersebut secara umum wajib diikuti karena organisasi perusahaan
merupakan sistem yang dinamis dan bersifat terbuka pada pengaruh internal dan
eksternal pada perusahaan.
B.
DEFINISI PELATIHAN PEGAWAI
Pelatihan
pegawai atau training diberikan batasan pengertian atau definisi sebagai “upaya
sistematik perusahaan untuk meningkatkan segenap pengetahuan, keterampilan, dan
sikap-sikap kerja para pegawai melalui proses belajar agar optimal dalm
menjalankan fungsi dan tugas-tugas jabatannya.
Definisi
atau batasan perngertian pelatihan pegawai tersebut didasarkan pada alasan
mengapa dilakukan pelatihan atau training adalah dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan kerja, sebagai sarana penyebaran informasi serta
upaya untuk mengubah sikap-sikap pegawai.
C.
TUJUAN PELATIHAN PEGAWAI
Ruang
lingkup kegiatan pelatihan adalah meliputi tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap pegawai agar optimal dalam fungsi
dan tugas-tugas jabatannya. Dengan meningkatkan tiga domain tersebut diharapkan
bahwa tujuan serta kebutuhan pegawai untuk mengembangkan dirinya dapat dipenuhi
dan dipihak lain, perusahaan juga berkepentingan agar berkembangnya potensi dan
diri pegawai tersebut selaras dengan tujuan serta kebutuhan perkembangan usaha
organisasi perusahaan.
Dalam hal
ini dapat ditujukan sebagai upaya untuk:
1.
Menyiapkan pegawai dalam penugasan tertentu
2.
Meningkatkan kinerja dan produktivitas para apegawai pemegang
jabatan-jabatan perusahaan
3.
Memberikan kesempatan belajar sebagai bagian dari program
pengembangan diri dan karir pegawai
4.
Menyiapkan para pegawai agar dapat menangani atau mengerjakan
material dan atau produk baru, metode baru, peralatan dan teknologi baru
D.
LINGKUP PELATIHAN DAN PROSES BELAJAR
1.
Ruang lingkup pelatihan
Dalam
pelatihan, kebijakan organisasi perusahaan tersebuat akan sangat mewarnai
perihal apa dan bagaimana pelatihan tersebut harus diorganisir dan diimplemntasikan.
Mulai dari
penetapan kebutuhan pelatihan, penyusunan desain pelatihan, implementasinya
sampai pada penilaian atau evaluasi hasil pelatihan yang berfungsi sebagai
umpan balik bagi perumusan kebutuhan pelatihan selanjutnya yang selalu
berkonotasi menyempurnakan kegiatan pelatihan sebelumnya.
Namun dapat
kiranya dipahami, bahwa untuk melatih seseorang agar berfungsi baik dan optimal
dalam suatu jabatan sangat perlu dipedomani hal-hal sebagai berikut:
a.
Tersedianya data uraian jabatan yang merinci fungsi, tugas serta
tanggung jawab yang dituntut oleh suatu jabatan.
b.
Spesifikasi atau persyaratan jabatan, yang merinci pengetahuan
atau keterampilan.
2.
Prinsip proses belajar
Belajar
dalam pembahasan ini diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang mengakibatkan
relatif menetapnya suatu perilaku baru seorang sebagai akibat dari adanya
praktik-praktik atau pengalaman-pengalaman tertentu yang diperoleh selama
proses belajar. Yang dapat diamati secara langsung adalah perubahan-perubahan
perilaku seoraseng yang semula mempunyai pola perilaku (A) melalui proses
belajar me menjadi mampu menampilkan pela perilaku (B). Dalam konteks belajar
pegawai melalui pelatihan yang diselengarakan oleh perusahaan, perilaku dapat
dipisahkan menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap.
Dalam rangka
menemukenali segenap pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap pegawai dan
kaitannya dengan proses belajar tersebut, perlu diketahui adanya empat
karakteristik proses belajar, yakni motivasi, rangsangan, reaksi dan penguatan.
E.
ANALISA KEBUTUHAN PELATIHAN PEGAWAI
Analisa
kebutuhan pelatihan adalah metode untuk menemukenali jenis serta pengetahuan,
keterampilan, dan sikap-sikap kerja yang dituntut dari para pegawai untuk
jabatan-jabatan dalam suatu organisasi perusahaan. Secara umum dapat diketahui
bahwa, kebutuhan timbul apabila:
·
Perusahaan menghendaki dimilikinya pengetahuan, keterampilan, dan
sikap-sikap kerja pegawai yang ideal sebagaimana dituntut oleh persyaratan
jabatan perusahaan.
·
Terjadinya peningkatan fungsi, tugas dan tanggung jawab ``````````````jabatan.
·
Terjadinya peningkatan atau perubahan teknologi, alat dan mesin
baru.
·
Terjadinya perubahan prosedur dan metode kerja dalam perusahaan.
·
Terjadinya perpindahan bidang usaha atau pengembangan usaha baru.
Secara umum
pendekatan yang dapat dipilih dalam melakukan analisa kebutuhan pelatihan
dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu melalui analisa organisasi, analisa
jabatan, dan analisa pemegang jabatan.
1.
Analisa kebutuhan pelatihan berdasarkan analisa organisasi
Untuk dapat
melakukan analisa organisasi ini diperlukan sejumlah data, antara lain adalah
berupa data:
a.
Visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi.
b.
Data inventory sumber daya manusia.
c.
Daya inventory keterampilan atau keahlian pegawai.
d.
Data indikator iklim organisasi.
e.
Data analisis efisiensi.
2.
Analisa kebutuhan pelatihan berdasarkan analisa jabatan
Data yang
dibutuhkan untuk melakukan analisa secara umum adalah data mengenai standard
kinerja, bagaimana tugas-tugas dilaksanakan agar memenuhi standard dan
persyaratan pengetahuan, keterampilan, serta sikap-sikap yang dibutuhkan agar
dapat memenuhi tuntutan standard kinerja jabatan.
3.
Analisa kebutuhan pelatihan berdasarkan analisa pejabat
Analisa
kebutuhan pelatihan dapat juga dilakukan melalu pendekatan alalisa terhadap
pejabat atau pemegang jabatan. Esensi dari analisa pejabat adalah membandingkan
antara taraf kinerja ideal suatu jabatan terhadap kinerja aktual yang
ditampilkan oleh pejabat atau pemegang jabatannya, sehingga diperoleh sumber
kesenjangan atau gap kerja.
F.
DESAIN PELATIHAN PEGAWAI
1.
Pelatihan inti
Yang
dimaksud dengan jenis pelatihan inti adalah pelatihan yang bertujuan umum untuk
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap kerja yang
dibutuhkan oleh para pegawai agar dapat berfungsi optimal dalam jabatan-jabatan
perusahaan. Dari dua jenis pelatihan inti, yaitu pelatihan manajerial dan
pelatihan teknis bidang. Petihan manajerial terbagi menjadi tiaga jenjang
dengan tujuan umum dari detiap jenjang pelatihannya sebagai berikut:
a.
Pelatihan manajerial tingkat muda
b.
Pelatihan manajerial
tingkat madya
c.
Pelatihan manajerial
tingkat Utama
Sedangkan
untuk jenis pelatihan teknis bidang terbagi menjadi tiga jenjang dengan tujuan
umum setiap jenjang pelatihannya sebagai berikut:
a.
Pelatihan teknis bidang (usaha/produksi;administrasi) tngkat I
b.
Pelatihan teknis bidang (usaha/produksi;administrasi) tngkat II
c.
Pelatihan teknis bidang (usaha/produksi;administrasi) tngkat III
2.
Pelatihan pengayaan
Pelatihan
pengayaan adalah pelatihan yang bertujuan umum untuk menembah wawasan pegawai
sebagai akibat dari terus berkembang tanpa hentinya ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta tujuaan0tujuan lain yang berkonotasi meningkatkan motivasi
atau mengembangkan kepribadian pegawai. Pelatihan pengayaan pada hakekatnya
merupakan pelatihan k mengembangkan yang bertujuan untuk memberikan tambahan,
pengayaan atas segenap pengetahuan, pengetahuan serta sikap-sikap kerja
pegawai, sehingga para pegawai berkesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya
serta selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
G.
EVALUASI PELATIHAN PEGAWAI
Secara umum
evaluasi pelatihan pegawai bertujuan untuk menilai tingkat efektivitas
penyelenggaraan suatu program pelatihan. Berikut empat faktor utama dalam
melakukan evaluasi pelatihan yaitu, reaksi, belajar, perilaku dan hasil atau
prestasi kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar