Minggu, 02 Maret 2014

SISTEM MANAGEMENT DAN PROSES PRODUKSI NEGARA INDUSTRIALIS JEPANG


Berdasarkan skala Ekonomi dan pasar bebas dan industrisasi Jepang merupakan negara ketiga terbesar didunia setelah Amerika Serikat dan Cina dalam istilah paritas daya beli internasional. Ekonominya sangat efisien dan bersaing dalam area yang berhubungan ke perdagangan internasional, meskipun produktivitas lebih rendah di bidang agrikluturdistribusi, dan pelayanan.
Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dari 1960-an ke 1980-an, ekonomi Jepang merosot secara drastis pada awal 1990-an, ketika "ekonomi gelembung" jatuh. Persediaan kepemimpinan industri dan teknisi, pekerja yang berpendidikan tinggi dan bekerja keras, tabungan dan invesatasi besar dan promosi intensif pengembangan industri dan perdagangan internasional telah membuat ekonomi industri jepang matang sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia hingga sampai saat ini.
Jepang bukanlah negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah bahkan bisa di bilang rendah, tetapi perdagangan internasional mampu menghidupi negara yang memiliki basis industri terbesar, terkuat, bahkan berkembang sebagai basis modernisasi industri dengan inovasi dan teknologi mutakhir.
Meskipun prospek ekonomi jangka panjang Jepang masih bagus, namun sekarang jepang berada dalam resesi terburuknya sejak Perang Dunia II. Harga saham sektor properti adalah yang paling mencolok akibat kekehawatiran akan bencana alam dan tsunami, menandai akhir dari "ekonomi busa" 1980-an. GDP riil di Jepang tumbuh rata-rata sekitar 1% antara 1991-98, dibandingkan dengan 1980-an sekitar 4%. Pertumbuhan di Jepang pada dekade ini lebih rendah dari pertumbuhan negara maju lainnya. Jepang memasuki masa resesi pada awal millenia, dimulai oleh resesi di Amerika Serikat, tetapi sejak 2003 telah mulai tumbuh kembali dengan kuat dan pada 2004 menikmati pertumbuhan tertinggi sejak 1990.
Sejumlah tiga perempat (3/4) dari total penghasilan ekonomi Jepang berasal dari sektor jasa. Industri utama sektor jasa di Jepang berupa bankasuransi, realestatbisnis ecerantransportasi, dan telekomunikasiMitsubishi UFJMizuhoNTTTEPCO, Nomura, Mitsubishi Estate, Tokio MarineJapan RailwaySeven & I, dan Japan Airlines adalah nama-nama perusahaan Jepang yang termasuk perusahaan terbesar dunia. Kebijakan Pemerintah Jepang di masa Perdana Menteri Junichiro Koizumi melakukan swastanisasi Japan Post. Enam keiretsu utama terdiri dari grup MitsubishiSumitomo,FuyoMitsuiDai-Ichi Kangyo, dan Sanwa. Sejumlah 326 perusahaan Jepang berada dalam daftar Forbes Global 2000 atau 16,3% dari total perusahaan dalam daftar Forbes Global 2000 pada tahun 2006.
Dari data kuantitatif diatas mengambarkan bertapa besar, kuat, dan stabilnya salah satu negara di dunia yang berbasis industri yaitu jepang, sehingga menarik perhatian banyak kalangan ekonom, negarawan dan pengusahapun kepincut untuk mengadopsi sistem yang diterapkan oleh jepang dalam membangun ekonomi berbasis industri bukan hanya dari bentuk management proses produksi tetapi juga teknologi dan aplikasi dalam upaya memodernisasi industri.
Dalam proses produksi misalnya jepang terkenal sebagai basis industri yang paling menekankan pada tingkat efesiensi dan efektifitas dalam setiap aktivitas industri yang terkenal dengan istilah zero defect atau cacat nol, ataupun istilah just in time adalah kedua istilah yang menggambarkan tingginya efesinsi dan efektifitas dalam setiap sistem produksi made in jepang, dengan meniadakan cacat produksi dan produksi berbasis permintaan secara otomatis ekonomi biaya tinggi (cost not estimate) dapat diminimalisasi apalagi didukung dengan jaringan dan infrastruktur tranportasi yang memadai sehingga harga pokok produksi lebih rendah dibandingkan produk dari negara lain yang sejenis, dikarenakan keberhasilan mereka menghindari cost not estimate, sehingga produk jepang mampu bersaing pada tingkat harga, apalagi ditambah dengan ketatnya standar kualitas yang di terapkan oleh management dan pemerintah jepang mambuat produk jepang seolah tidak hanya di buat untuk bersaing di tingkat regional antar industri dalam negeri namun juga dipersipkan secara matang untuk mendapatkan tempat didalam persaingan pasar bebas global pada sisi pertimbangan harga dan kualitas yang mempuni.
Teknik manufaktur Jepang, sebagai daerah praktek berpengaruh dan bernilai  filosofi, muncul di era II pasca-Perang Dunia dan mencapai puncak keunggulan mereka pada 1980-an. Banyak adaptasi dari metode Jepang, dan memang, kosakata manufaktur Jepang, telah membuat jalan mereka ke dalam operasi manufaktur AS dan seluruh dunia. Karakteristik yang membedakan berhubungan dengan manufaktur Jepang mencakup penekanan pada merancang proses untuk mengoptimalkan efisiensi dan komitmen yang kuat terhadap kualitas.
Mungkin yang paling dikenal kumpulan teknik manufaktur Jepang adalah apa yang dikenal sebagai Toyota Production System (TPS), inti dari yang just-in-time (JIT) produksi atau biasa disebut lean manufacturing. Para pelopor dari metode ini adalah Taiichi Ohno, mantan eksekutif Toyota, dan Shigeo Shingo, seorang insinyur terkemuka dan konsultan. Pada tahun 1989 bukunya The Studi Toyota Production System dari Teknik Industri Perspektif, Shingo mengidentifikasi fitur dasar TPS:
1.      Ini mencapai pengurangan biaya dengan menghilangkan limbah, baik itu waktu staf, bahan, atau sumber daya lainnya.
2.      Ini mengurangi kemungkinan kelebihan dengan mempertahankan persediaan rendah ("nonstock") dan membuat biaya tenaga kerja yang rendah dengan menggunakan tenaga kerja minimal.
3.      Ini mengurangi waktu siklus produksi secara drastis dengan inovasi seperti Bursa Single-Minute of Die (SMED) sistem, yang memotong downtime dan memungkinkan produksi kecil-banyak.
4.      Ini menekankan bahwa pesanan produk harus membimbing keputusan produksi dan proses, sebuah praktek yang dikenal sebagai produksi berbasis pesanan.
Pada saat ini pasar utama produknya adalah negara-negara tetangganya diregional asia yang menunjukan trend positif semenjak 1998, mangement dan pemerintah jepang sangat peka dalam menaggapi trend positif yang terjadi di regional asia, ditambah dengan lesunya perekonomi yang melanda berbagai negara regional uni eropa dan amerika membuat jepang begitu serius membidik pangsa pasar asia sebagai akibat dari potensi peralihan ekonomi dari barat menuju ke timur yang di tandai dengan kemunculan tetangga dan sahabat komunisnya yaitu cina yang menjadi negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia dan dalam persfektif makro memang dapat di baca karena investor yang biasanya bermain di perekonomi barat mengalihkan dananya ke perekonomian dunia timur terbukti mampu mengangkat citra bursa asia di pasar modal sehingga dapat di pastiakan skala ekonomi dunia timur mulai bertumbuh, dan hebatnya lagi untuk menaggapi dan memenuhi permintaan pasar asia dan timur pada umumnya negara jepang tidak mengurangi volume produksi namun menambah volume produksi untuk memenuhi akan permintaan produk-produknya di asia dan timur pada umumnya.
Namun ada yang perlu diketahui mengenai negara dengan volume ekspor industrialis terbesar ketiga di dunia ini yaitu tentang lemanya fundamental ekonomi mereka, dikarenakan fundamental perekonomian mereka hanya bersandar pada satu tiang kunci yaitu powering industries yang menyebabkan ketergantungan tingkat tinggi terhadap perdagangan internasional yaitu dalam konteks impor bahan baku sebagai bahan material berbasis alam (nature).
Ketergantungan terhadap impor bahan baku inilah yang menjadi sisi negative dari dari negara berbasis industri, anda bisa membayangkan apa yang terjadi dengan jepang jika negara yang biasanya memasok kebutuhan bahan baku industri di jepang terhenti? Bahkan ketika indonesia membatasi ekspor barang tambang langsung, pemerintah jepang langsung mengambil tindakan dengan melaporkan indonesia ke WTO (word trade organization) dengan tuduhan bahwa pemerintah indonesia telah melakukan pelanggaran perjanjian perdagangan bebas, namun gugatan itu di tolak oleh WTO karena tidak ditemukan bukti yang dapat memperkuat tuduhan itu.

Jadi sekarang masalahnya bagaimana pemerintah jepang menjaga relasi dan lebih aktif lagi dalam mengembangkan serta membangun mitra perdaganganya dalam upaya menjaga kestabilan ekonomi agar terus mendapatkan pasokan bahan baku bagi industri-industri mereka karena negara-negara yang dulunya sering memasok kebutuhan industri mereka sekarang sudah menunjukan keberhasilan dalam membangun perekonomian industri mereka sendiri yang dipastikan akan mengancam posisi tawar dari kebutuhan bahan baku industri mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar