BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perencanaan
pembangunan ekonomi suatu
daerah, memerlukan bermacam-macam data statistik untuk dasar
penentuan strategi dan kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat
dicapai dengan baik.
Strategi dan kebijaksanaan
pembangunan ekonomi yang telah diambil pada masa-masa lalu perlu
dipantau dan dievaluasi hasilhasilnya. Berbagai data statistik yang merupakan
ukuran kuantitas mutlak diperlukan untuk
memberikan gambaran tentang
keadaan pada masa
yang lalu dan
masa kini, serta sasaran-sasaran
yang akan dicapai pada masa yang akan datang.
Pada
hakekatnya, pembangunan ekonomi
adalah serangkaian usaha
dan kebijaksanaan yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, memperluas lapangan
kerja, memeratakan pembagian
pendapatan masyarakat, meningkatkan
hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Dengan kata lain, arah pembangunan ekonomi
adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat
naik secara mantap,
dan dengan tingkat
pemerataan yang sebaik mungkin. Dengan
kata lain, pembangunan
ekonomi hendaklah diupayakan pertumbuhan yang berkualitas.
Untuk
mengetahui tingkat dan
pertumbuhan pendapatan masyarakat,
perlu disajikan data Statistik Pertubuhan ekonomi serta unsur, elemen
dalam pertubuhanya secara berkala dan substanstif, untuk digunakan sebagai bahan
perencanaan pembangunan regional khususnya di bidang ekonomi.
1.2.Rumusan
Masalah Dan Sub Masalah
1.2.1. Mampukah
pertumbuhan ekonomi mencerminkan pembangunan asfek sosial melalui pendidikan,
birokrasi, kepemerintahan didaerah kabupaten kapuas hulu?
1.2.2. Sejauhmana tingkat korelasi SDM dan SDA sebagai pembentuk Fundamental ekonomi
didaerah kabupaten kapuas hulu?
1.2.3. Pengaruh Pembangunan ekonomi dalam index
pertumbuhan ekonomi didaerah kabupaten kapuas
hulu?
1.3.Tujuan
1.3.1.
Tujuan khusus penyusunan laporan dengan tata
tulis ilmiah ini merupakan sebagai pelaksanaan tugas mata kuliah “Ekonomi
pembangunan”.
1.3.2.
Tujuan umum dalam hal ini Penulis juga berharap agar
makalah ini dapat dijadikan landasan tioritis dan bahan pertimbangan dalam
penelitian selanjutnya serta peningkatan wawasan teman-teman mahasiswa dan
masyrakat pada umumnya.
1.4.Manfaat
1.4.1. Manfaat
teoritis
a. Dari
segi ilmiah penulis tentunya berharap makalah ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan sosial dalam hal ini ekonomi serta Dapat digunakan sebagai landasan
dalam penelitian ilmiah yang sejenis.
b. Secara
umum penulis juga berharap makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan kita tentang “pembangunan ekonomi” yang diimplementasika dalam
mempengeruhi efektifitas kebijakan-kebijakan ekonomi kedepanya.
1.4.2. Manfaat
praktis
a. Manfaat
bagi peneliti sekiranya agar dapat menjadi bekal berupa pengalaman dan
pengetahuan serta wawasan dalam penyelesaian tugas-tugas kuliah kedepanya.
b.
Manfaat bagi teman-teman mahasiswa, penulis
berharap agar sekiranya dapat di jadikan bacaan yang menambah wawasan.
1.5.Maksud, dan Kegunaan Data pertumbuhan ekonomi
1.5.1.
Maksud
a.
Tingkat pertumbuhan ekonomi; Penyajian angka pendapatan regional atas dasar
harga konstan akan menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi suatu daerah,
baik secara menyeluruh
maupun sektoral. Laju
pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu indikator ekonomi
yang biasanya digunakan untuk
menilai sampai seberapa
jauh keberhasilan pembangunan
suatu daerah dalam periode tertentu.
b.
Tingkat kemakmuran daerah; Angka
pendapatan per kapita
dapat digunakan untuk
membandingkan tingkat kemakmuran
suatu daerah dengan daerah lain serta peningkatannya setiap tahun.
c.
Tingkat inflasi dan deflasi; Penyajian
pendapatan regional atas
dasar harga konstan
bersama-sama dengan harga berlaku
dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi dan deflasi.
d.
Gambaran struktur perekonomian; Berdasarkan angka-angka
yang disajikan secara
sektoral bisa dilihat
struktur perekonomian suatu daerah. Dengan demikian dapat diketahui
kekuatan ekonomi suatu daerah terletak
di sektor pertanian,
sektor perdagangan, atau
sektor yang lain.
Dari keterangan
diatas, maka angka
pendapatan regional mampu menggambarkan kegiatan
ekonomi yang berlangsung
di suatu daerah
pada saat tertentu. Kegiatan ini
baik menyangkut struktur
ekonomi beserta keterkaitannya dengan komponen-komponennya maupun gambaran ekonomi
pada masa lalu.
1.5.2.
Sajian index atau angka berguna sebagai;
a.
Dasar pembuatan proyeksi dan perencanaan ekonomi masa datang.
b.
Alat bantu untuk mengukur keberhasilan pembangunan.
c.
Umpan balik terhadap perencanaan yang telah dibuat.
d.
Bahan masukan pembuatan
evaluasi pembangunan baik
sektoral maupun regional.
1.6.Metode
dan pokus Penelitian
1.6.1.
Metode dan Pengumpulan
Data
Adapun metode yang dipakai oleh penulis
dalam rangka pengkajian ilmiah ini merupakan metode historis penulis juga tidak
menyangkal bahwa terdapat kutipan-kutipan para ahli yang merupakan bagian dari
metode bibliografi dengan maksud agar lebih releven, jadi dapat disimpulkan
metode yang di pakai penulis merupakan metode historis-realistis sebagai metode pokok yang didukung oleh metode bibliografi sebagai metode penunjang.
Jadi Bisa dikataakan penelitian ini
termaksud kedalam penelitian dengan bentuk metode kualitatif deskriptif dengan
kajian historis sebagai pendekatan pokok dan bibliografi sebagai pendekatan penunjang.
1.6.2. Pokus
dan variabel penelitian
Suharsimi Arikunto (2010:161) berpendapat
bahwa; “variabel adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian”. (huruf miring
dari penulis), sedangkan menurut Sugiyono (2011:38) menyatakan bahwa; “variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari sehigga memperoleh informasi tentang hal itu kemudia di tarik
kesimpulanya”. (huruf miring dari penulis)
Berdasarkan dua pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan mengenai variable penelitian merupakan satu atau lebih objek
dalam permasalahan yang menarik untuk dipelajari dan didalami untuk diuji dan
ditarik kesimpulanya dengan prosedur ilmiah yang ada untuk mempersiapkan
alternatif pemecahan masalanya.
Ruang ligkup penelitian ini mengacu pada dua
variabel meliputi;
a. Variabel
independen
Sugiyono (2011:39) menyatakan bahwa “variabel indevenden sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering di
sebut sebagai variabel bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahanya atau variabel devendent” (huruf miring dari
penulis).
Adapun yang menjadi variabel independent (X)
dalam penelitian ini adalah; “EKONOMI” sebagai (X1).
b. Variabel
devenden (variabel terikat)
Sugiyono (2011:39) menyatakan bahwa “variabel dependen sering di sebut sebagai
variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut
variabel terikat atau variabel yang di pengaruhi oleh variabel bebas” (huruf
miring dari penulis)
Adapun yang menjadi variabel dependent (Y)
dalam penelitian ini adalah; “PEMBANGUNAN” (Y1).
BAB II
SEJARAH, KEPEMERINTAHAN DAN GEOGRAFIS
2.1.Sejarah Kabupaten Kapuas Hulu
Gambar 2.1
Sejumlah pegunungan yang
membentang di Kabupaten Kapuas Hulu, serupa Schwaner dan Muller, ternyata
diabadikan dari nama sejumlah pelaku ekspedisi berkebangsaan asing pertengahan
abad XIX di daerah itu.
Wilayah perbatasan antara
Kapuas dan Mahakam merupakan salah satu wilayah yang paling terpencil di
Borneo. Di sebelah timur, daerah Mahakam Hulu, yang terisolasi oleh jeram-jeram
yang sangat berbahaya, di mana suku Kayan-Mahakam, suku Busang termasuk sub
suku Uma Suling dan lain-lain serta suku Long Gelat sebuah sub suku dari Modang
menempati daratan-daratan yang subur, sedangkan suku Aoheng mendiami daerah
berbukit-bukit. Di sebelah barat, daerah Kapuas Hulu dengan kota niaga kecil
Putussibau, dikelilingi oleh desa-desa Senganan, Taman dan Kayan. Lebih ke hulu
lagi, dua desa kecil Aoheng dan Semukng. Di antara keduanya, sebuah barisan
pegunungan yang besar mencapai ketinggian hampir 2000 meter didiami oleh suku
nomad Bukat atau Bukot dan Kereho atau Punan Keriu, serta suku semi nomad
Hovongan atau Punan Bungan.
Orang asing pertama yang
mencapai dan melintasi pegunungan ini adalah Mayor Georg Muller, seorang
perwira zeni dari tentara Napoleon I yang sesudah Waterloo masuk dalam
pamongpraja Hindia Belanda. Mewakili pemerintah kolonial, ia membuka hubungan
resmi dengan sultan-sultan di pesisir timur Borneo. Pada tahun 1825, kendati
Sultan Kutai enggan membiarkan tentara Belanda memasuki wilayahnya, Muller
memudiki Sungai Mahakam dengan belasan serdadu Jawa. Hanya satu serdadu Jawa
yang dapat mencapai pesisir barat. Berita kematian Muller menyulut kontroversi
yang berlangsung sampai tahun 1850-an dan dihidupkan kembali sewaktu-waktu
setiap kali informasi baru muncul. Sampai tahun 1950-an pengunjung-pengunjung
daerah itu pun masih juga menanyakan nasib Muller.
Bahkan sampai hari ini
hal-hal sekitar kematian Muller belum juga terpecahkan. Diperkirakan Muller
telah mencapai kawasan Kapuas Hulu dan dibunuh sekitar pertengahan November
1825 di Sungai Bungan, mungkin di jeram Bakang tempat ia harus membuat sampan
guna menghiliri Sungai Kapuas. Sangat mungkin bahwa pembunuhan Muller dilakukan
atas perintah Sultan Kutai, disampaikan secara berantai dari satu suku kepada
suku berikutnya di sepanjang Mahakam dan akhirnya dilaksanakan oleh sebuah suku
setempat, barangkali suku Aoheng menurut dugaan Nieuwenhuis. Karena Muller
dibunuh di pengaliran Sungai Kapuas, dengan sendirinya sultan tidak dapat
dituding sebagai pihak yang bertanggungjawab. Bagaimanapun, ketika ekspedisi
Niewenhuis berhasil melintasi daerah perbatasan hampir 70 tahun kemudian, pada
hari nasional Perancis tahun 1894, barisan pegunungan ini diberi nama
Pegunungan Muller. Menjelang pertengahan abad XIX, Belanda telah berhasil menguasai
daerah-daerah.
2.2.Kepemerintahan
Kabupaten Kapuas
membawahi 17 kecamatan, 204 desa/kelurahan yang terdiri dari 190 desa dan 14
kelurahan. Bila dilihat dari jumlah desa/kelurahan berdasarkan kategori
desa/kelurahan, jumlah desa swadaya sebanyak 44 desa/kelurahan, desa swakarya
sebanyak 61 desa/kelurahan dan desa swasembada sebanyak 59 desa/kelurahan. Dari
jumlah 204 desa/kelurahan, yang masih berstatus desa terpencil sebanyak 6
desa/kelurahan atau 2,94 persen dan desa tertinggal sebanyak 52 desa/kelurahan
atau 25,49persen.
Berdasarkan data tahun
2010 seluruh desa dan kelurahan aparat/perangkat desa dan kelurahan sudah
terisi semuanya, yaitu jumlah kepala desa sebanyak 190 orang, sekretaris desa
sebanyak 160 orang, staf desa sebanyak 950, sedangkan jumlah lurah sebanyak 14
orang dan sekretaris kelurahan sebanyak 14 orang.
Sumber; http://kapuaskab.bps.go.id/index.php/en/login/pemerintahan Published
on Tuesday, 27 September 2011.
2.2.1.
Kepemimpinan Kabupaten Kapuas Hulu
Berdasarkan Undang-undang Darurat nomor 3 tahun 1953 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II di Kalimantan, maka pada tanggal 13 Januari 1953 terbentuk
Kabupaten Daerah Tingkat II Kapuas Hulu dengan ibukota Putussibau. Bupati
pertama yang menjabat adalah JC. Oevang Oeray (1951-1955), berikut dilanjutkan
oleh Anang Adrak (1955-1956).
Daftar Kepala
Daerah/Pemerintahan
Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 1951 – 2008
Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 1951 – 2008
Tabel 2.1
No
|
NAMA
|
JABATAN
|
MASA BHAKTI
|
1.
|
J.C. OEVANG OERAY
|
WK. WEDANA
|
1951
|
2.
|
J.C. OEVANG OERAY
|
ACT. BUPATI
|
1951
|
3.
|
ANANG ADRAK
|
BUPATI
|
1951 – 1955
|
4.
|
J.C. RANGKAP
|
PATIH / ACT.BUPATI
|
1956
|
5.
|
RM. SOETOMO K.
KUSUMO
|
BUPATI
|
1956 – 1957
|
6.
|
ADE M. DJOHAN
|
BUPATI
|
1957 – 1959
|
7.
|
G.M. SALEH
|
PATIH / PD. BUPATI
|
1957 – 1959
|
8.
|
J.R. GILING
|
PD. BUPATI KDH
|
1959 – 1960
|
9.
|
ANASTASIUS SYAHDAN
|
BUPATI KDH
|
1965 – 1967
|
10.
|
ABANG SYAHDANSYAH
|
- Sda -
|
1967 – 1975
|
11.
|
H. M. ALI AS, SH
|
- Sda -
|
1975 – 1980
|
12.
|
A. SATIF
|
- Sda -
|
1980 – 1985
|
13.
|
Drs. H.A.M. DJAPARI
|
- Sda -
|
1985 – 1990
|
14.
|
Drs. H.A.M. DJAPARI
|
- Sda -
|
1990 – 1995
|
15.
|
JACOBUS F. LAYANG
BA. SH
|
- Sda -
|
1995 – 2000
|
16.
|
Drs. H. TAMBUL
HUSIN
|
Kepala Daerah
|
2000 – 2005
|
17.
|
Drs. H. BUNYAMIN
SOLIHIN
|
Penjabat Bupati
|
2005
|
18.
|
Drs. H. TAMBUL
HUSIN
|
Kepala Daerah
|
2005 – 2010
|
19.
|
A.M NASIR SH.MH
|
Kepala daerah
|
2010– sekarang
|
Sumber: pemerintah kabupaten
kapuas hulu 2012
2.3.Geografis
2.3.1.
Letak Dan Luas Wilayah
Kabupaten Kapuas
merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Propinsi
Kalimantan Tengah. secara astronomi terletak antara 0,50 Lintang Utara sampai 1,40 Lintang
Selatan dan antara 111,400 Bujur Barat sampai 114,100 Bujur Timur dengan
Ibukota Putussibau. Adapun Batas-Batas Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Berbatasan
dengan Serawak (Malaysia Timur)
b. Sebalah Barat :
Berbatasan dengan Kabupaten Sintang
c. Sebelah Timur :
Berbatasan dengan Provinsi Kaltim dan Kalimantan Tengah
d. Sebelah Selatan :
Berbatasan dengan Kabupaten Sintang dan Provinsi Kalimantan Tengah.
Secara umum Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari arah Barat ke Timur,
dengan jarak tempuh terpanjang ±240 Km dan melebar dari Utara ke Selatan
±126,70 Km serta merupakan Kabupaten paling Timur di Provinsi Kaliamantan
Barat. Jarak tempuh dari Ibukota Provinsi adalah ±657 Km melalui jalan darat,
±842 Km melalui jalur aliran sungai kapuas dan ± 1,5 jam penerbangan udara.
Luas Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu seluruhnya adalah 29.842 Km2
yang merupakan 20,33 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat
(146.807 Km2). Secara Administratif Surat Keputusan Bupati Kapuas Hulu Nomor
143 Tahun 2007, Kabupaten Kapuas Hulu di bagi menjadi 25 Kecamatan, 4
Kelurahan, 208 Desa dan 547 Dusun.
2.3.2.
Keadaan Iklim
Kabupaten Kapuas pada
umumnya termasuk daerah beriklim trofis dan lembab dengan temperatur berkisar
antara 21 – 23 derajat Celsius dan maksimal mencapai 36 derajat Celsius.
Intensitas penyinaran matahari selalu tinggi dan sumber daya air yang cukup
banyak sehingga menyebabkan tingginya penguapan yang menimbulkan awan
aktif/tebal. Curah hujan terbanyak jatuh pada bulan April, dengan rata-rata
1525 mm tiap bulannya, sedangkan bulan kering/kemarau jatuh pada Juni sampai
dengan September.
Sumber; http://kapuaskab.bps.go.id/index.php/en/login/keadaan-iklim Published
on Tuesday, 27 September 2011.
BAB III
POTENSI YANG BERNILAI EKONOMI
3.1.Potensi Sumberdaya Manusia
Menurut BPS (2008), jumlah penduduk di Kab. Kapuas
Hulu sebanyak 213.760 jiwa, yang tersebar di 23 kecamatan dengan
kepadatan penduduk sebesar 7 jiwa/km2. Penduduk terbanyak berada di Kec.
Putussibau Utara dengan jumlah penduduk sebesar 17.338 jiwa (7.745 KK),
sedangkan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Puring kencana sebesar 2.994
jiwa (628 KK). Komposisi penduduk sebagian besar berada di kelompok umur muda
yaitu 20-39 tahun (35,12%) dan sedangkan kelompok umur terendah berada kelompok
lansia (>65 tahun) sebsar 4,43%.
Luas wilayah dan
Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu
Tabel 3.2
No
|
Kecamatan
|
Luas Wilayah (Km2)
|
Jumlah Penduduk
|
1
|
Silat Hilir
|
1.177,10
|
3,94
|
2
|
Silat Hulu
|
1.061,80
|
3,56
|
3
|
Hulu Gurung
|
432,90
|
1,45
|
4
|
Bunut Hulu/Pengkadan
|
1.118,14
|
3,75
|
5
|
Mentebah
|
781,26
|
2,62
|
6
|
Bika
|
1.069,00
|
3,58
|
7.
|
Kalis
|
1.184,00
|
3,97
|
8
|
Putussibau Selatan
|
5.352,30
|
19,94
|
9
|
Embaloh Hilir
|
1.869,10
|
6,26
|
10
|
Bunut Hilir
|
844,10
|
2,83
|
11
|
Boyan Tanjung
|
824,00
|
2,76
|
12
|
Batu Datu
|
531,20
|
1,78
|
13
|
Embau
|
422,50
|
1,42
|
14
|
Selimbau
|
999,24
|
3,3,5
|
15
|
Suhaid
|
620,56
|
2,08
|
16
|
Seberuang
|
573,80
|
1,92
|
17
|
Semitau
|
562,70
|
1,89
|
18
|
Empanang
|
357,25
|
1,20
|
19
|
Puring Kencana
|
448,55
|
1,50
|
20
|
Badau
|
700,00
|
2,35
|
21
|
Batang Lupar
|
1.332,90
|
4,47
|
22
|
Embaloh Hulu
|
3.457,60
|
11,59
|
23
|
Putussibau
|
4.122,00
|
13,81
|
Sumber :
Kantor Statistik Kab. Kapuas Hulu, 2010
3.2.Pendidikan
Gambaran umum keadaan pendidikan di Kabupaten
Kapuas tercermin dari jumlah sekolah, murid dan guru. Jumlah sekolah TK
sebanyak 147 buah, guru 390 orang dan murid sebanyak 4.181 orang pada tahun 2009. Tahun
2010, jumlah SD Negeri dan Swasta sebanyak 390 buah, guru sebanyak 2.736 orang dan murid berjumlah 40.714 orang, dengan
rata-rata/perbandingan murid dan guru SD sekitar 14,88 murid per guru.
Pada strata Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri dan Swasta berjumlah 86 buah sekolah, jumlah
guru sebanyak 1.085 orang dan murid/siswa sebanyak 9.667 orang, dengan jumlah
kelas sebanyak 465 buah kelas. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Umum Negeri dan
Swasta sebanyak 25 buah sekolah, guru sebanyak 636 orang dan murid/siswa
sebanyak 5.886 orang.
Dibidang kesehatan pada
tahun 2010 pembangunan prasarana kesehatan untuk masyarakat seperti
puskesmas/puskesmas pembantu, posyandu sudah menjangkau seluruh kecamatan.
Jumlah tenaga dokter sebanyak 38 (dokter umum) orang, jumlah dokter bila dibandingkan dengan
banyaknya penduduk memperlihatkan ratio yang belum ideal yaitu dengan
perbandingan 1 orang dokter menangani sekitar 8.669 orang penduduk.
3.3.Penduduk dan tenaga kerja
Jumlah penduduk Kabupaten Kapuas tahun 2010 sekitar 329.440 orang,
yang terdiri dari 167.937 orang penduduk laki-laki atau 50,98 persen dan
161.503 orang penduduk perempuan atau 49,02 persen. Tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Kapuas rata-rata sebanyak 21,96 orang per kilometer persegi.
Kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan Silat yaitu rata-rata 507,43
orang per kilometer persegi dan yang terjarang penduduknya adalah di
Kecamatan Mandau Talawang
yaitu rata-rata 4,05 orang per kilometer persegi.
Pemekaran Wilayah Kabupaten Kapuas pada tahun 2002 yang terdiri
dari tiga Kabupaten yaitu Kapuas, Pulang Pisau dan Gunung Mas yang berarti diikuti pula oleh jumlah
penduduk terpecah menjadi tiga Kabupaten. Jumlah penduduk yang disajikan dalam
publikasi ini, dari tahun 1999 sampai tahun 2010, diambil berdasarkan 17
kecamatan hasil pemekaran Wilayah Kabupaten Kapuas pada tahun 2008.
Sumber; http://kapuaskab.bps.go.id/index.php/en/login/penduduk-dan-tenaga-kerja Published on Tuesday,
27 September 2011.
3.4.Kepercayaan
Kehidupan beragama di
Kabupaten Kapuas Hulu berkembang dengan pesat, meskipun demikian dimamika
tersebut dapat dapahami secara seksama sehingga menciptakan suasana dan kondisi
yang kondusif dengan didasarkan adanya hubungan yang harmonis dan dinamis yang
meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
Peningkatan kerukunan umat beragama diarahkan agar dapat dapat mendukung
kemajuan pembangunan, dimana agama berperan sebagai motivator dan dinamisator
yang dapat meningkatkan tata nilai kehidupan antar umat beragama. Perluasan
sarana dan prasarana ibadah diharapkan dapat meningkatkan kualitas keimanan dan
ketaqwaan umat serta toleransi antar beragama dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Data dari Data
dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Kapuas Hulu tanggal 30 November 2007
sebagian besar masyarakat Kapuas Hulu memeluk Agama Islam yang berjumlah
116.824 orang. Pemeluk Agama Khatolik sebanyak 74.019 orang dan Agama Kristen
Protestan sebanyak 17.089 orang dan Agama Hindu sebanyak 22 orang serta Agama
Budha sebanyak 54 orang.
Jumlah Pemeluk Agama Di Kabupaten Kapuas
Hulu
Tahun 2007
Tahun 2007
Tabel
3.3
NO |
KECAMATAN
|
A G A M A
|
||||
ISLAM
|
KATHOLIK
|
PROTESTAN
|
HINDU
|
BUDHA
|
||
1.
|
Putussibau Utara
|
15.154
|
11.270
|
1.570
|
13
|
0
|
2.
|
Putussibau Selatan
|
9.711
|
8.927
|
725
|
0
|
13
|
3.
|
K a l i s
|
3.082
|
3.925
|
621
|
0
|
0
|
4.
|
B i k a
|
530
|
5.360
|
997
|
0
|
0
|
5.
|
Mentebah
|
2.980
|
1.256
|
2.323
|
0
|
1
|
6.
|
Bunut Hulu
|
7.451
|
1.421
|
403
|
0
|
0
|
7.
|
Bunut Hilir
|
7.542
|
1.370
|
167
|
0
|
0
|
8.
|
Boyan Tanjung
|
5.583
|
335
|
0
|
2
|
0
|
9.
|
Pengkadan
|
8.217
|
0
|
0
|
0
|
0
|
10.
|
Hulu Gurung
|
10.598
|
0
|
0
|
0
|
0
|
11.
|
Jongkong
|
9.104
|
374
|
12
|
0
|
10
|
12.
|
Embaloh Hilir
|
2.475
|
6.652
|
547
|
0
|
5
|
13.
|
Embaloh Hulu
|
168
|
4.634
|
410
|
0
|
0
|
14.
|
Selimbau
|
10.469
|
149
|
1.229
|
0
|
0
|
15.
|
Semitau
|
1.684
|
3.736
|
482
|
0
|
26
|
16.
|
Suhaid
|
5.081
|
1.101
|
1.282
|
0
|
0
|
17.
|
Seberuang
|
234
|
7.283
|
755
|
5
|
0
|
18.
|
Batang Lupar
|
749
|
2.143
|
1.988
|
2
|
0
|
19.
|
B a d a u
|
2.033
|
1.741
|
405
|
0
|
0
|
20.
|
Empanang
|
248
|
1.765
|
698
|
0
|
0
|
21.
|
Puring Kencana
|
179
|
2.865
|
0
|
0
|
0
|
22.
|
Silat Hilir
|
9.207
|
3.587
|
1.974
|
0
|
0
|
23.
|
Silat Hulu
|
3.815
|
4.418
|
1.320
|
0
|
0
|
116.294
|
74.019
|
17.089
|
22
|
54
|
||
PERSENTASE
|
56,05
|
35,68
|
8,24
|
0,01
|
0,03
|
|
JUMLAH
|
207.478
|
Sumber : Kantor Departemen Agama Kab. Kapuas Hulu,
November 2007
3.5. Keragaman Budaya
Kebudayaan Daerah Kapuas
Hulu terdiri dari dua etnis besar yaitu Dayak dan Melayu yang memiliki tradisi
seni dan budaya serta peninggalan sejarah purbakala yang mempunyai daya tarik
tersendiri sebagai salah satu obyek wisata dan juga sebagai unsur penunjang
terciptanya Sapta Pesona Industri Pariwisata.
Keunikan seni budaya
masyarakat Dayak dan Melayu yang tumbuh dan berkembang secara tradisional yang
mempunyai karakteristik tersendiri yang masih bersifat alami, namun disisi lain
adanya beberapa nilai tertentu yang mengalami kondisi krisis akibat pengaruh
arus globalisasi dan budaya asing tetapi tidak mengurangi dari norma-norma adat
istiadat budaya kedua etnis tersebut.
Adapun jenis-jenis budaya
Dayak dan Melayu yang terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu yang dapat di jadikan
sebagai obyek wisata antara lain:
(1). Atraksi seni yang
dikelola oleh 69 buah sanggar dengan jumlah seniman sebanyak 1.223 Orang
terdiri dari: Seni Musik, Seni Teater, Seni Sastra, Seni Rupa, Seni Kriya Dayak
dan Melayu baik tradisional maupun non-tradisional. Upacara adat/ritual adat
baik dari suku Dayak maupun suku Melayu yang sangat unik yaitu:
a. Dari suku Melayu berupa : Tarian Jepin, Syair,
Pantun, Qasidah dan Hadrah yang sering digunakan pada Upacara Adat dalam
menyambut tamu tertentu baik itu pejabat negara maupun daerah serta juga di
gunakan pada saat upacara adat pesta perkawinan.
b. Dari suku Dayak berupa:
1. Baranangis dari suku Dayak Embaloh.
2. Nyonjoan dari suku Dayak Embaloh.
3. Mandung dari suku Dayak Taman.
4. Bejande, Betimang dan Bedudu dari suku Dayak
Kantuk.
5. Dange’ dari suku Dayak Kayan mendalam.
6. Ngajat dan Sandauari dan Gawai Kenalang dari suku
Dayak Iban.
7. Desa kerajinan/ sentra seni rupa yang terdapat
hampir di semua kecamatan seperti: Tenun Ikat Tradisional, Anyam-Anyaman,
Manik-manik, Ukir-Ukiran, Tameng, Lukisan dan Pandai Besi.
8. Perkampungan tradisional dengan ciri khas rumah
tinggal yang masih tradisional berupa Rumah Adat Betang Panjang serta pemukiman
tradisional masyarakat Melayu Kapuas Hulu: Rumah Adat Betang Panjang yang masih
Unik dari Suku Dayak antara lain: Rumah Adat Betang Panjang Malapi Patamuan, Rumah
Adat Betang Panjang Semangkok, Rumah Adat Betang Panjang Sungai Uluk Palin,
Rumat Adat Betang Panjang Bukung.
Cagar Budaya Peninggalan Bersejarah
Kabupaten Kapuas Hulu
Kabupaten Kapuas Hulu
Tabel 3.4
No |
JENIS PENINGGAL
|
L O K A S I
|
1
|
Situs Purbakala
|
Nanga Balang
|
2
|
R. Betang Sawe/suai
|
Suai
|
3
|
R. Betang Melapi
1-5
|
Desa Malapi
|
4
|
R. Betang Inko’
Tambe
|
Inko’ Tambe
|
5
|
R. Sayut
|
Desa Sayut
|
6
|
R. Betang lunsa
Hilir
|
Lunsa Hilir
|
7
|
R. Betang Lunsa
Hulu
|
Lunsa Hulu
|
8
|
R. Betang Semangkok
1-2
|
Desa Semangkok
|
9
|
R. Betang sibau
Hilir
|
Desa Sibau Hilir
|
10
|
R. Betang Sibau
Hulu
|
Desa Sibau Hulu
|
11
|
R. Betang Sei Uluk
Palin
|
Desa Palin
|
12
|
R. Betang Benua
Tengah
|
Desa Benua Tengah
|
13
|
R. Betang Panjang
Na. Nyabau
|
Desa NangaNyabau
|
14
|
R. Betang Baligundi
|
Desa sibau Hulu
|
15
|
R. Betang Panjang Bukung
|
Bukung
|
16
|
R. Betang Panjang
Sei Utik
|
Sei Utik
|
17
|
R. Betang Insanak
|
Desa Insanak
|
18
|
R. Betang Panjang
Sei Uluk Palin
|
Sei Uluk Palin
|
19
|
R. Duka Tradisional
Surambi
|
Desa Semangkok
|
20
|
Makam Tokoh
Pahlawan Mara Juang
|
Makam Pahlawan
Marah Juang
|
21
|
Gereja Tua
Bersejarah St Fedelis
|
Sejiram
|
22
|
Batu Kapal
|
Riam Mengelai
|
23
|
Masjid Tua
Baiturrahim
|
Nanga Bunut
|
24
|
Masjid Jami
Selimbau
|
Selimbau
|
25
|
Batu Puja
|
Semitau
|
26
|
Danau Sentarum
|
Danau Sentarum
|
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Kapuas Hulu
3.6.Potensi Sumberdaya Alam
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
259/Kpts-II/200 tanggal 23 Agustus 2000 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan
Perairan Kalimantan Barat, luas kawasan hutan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu
berdasarkan fungsinya disajikan pada tabel 2.2 sebagai berikut:
Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Kapuas Hulu
Tabel
3.5
No
|
Fungsi Kawasan hutan
|
Luas (Ha)
|
%
|
1
|
Hutan Produksi (HP)
|
171.082,27
|
5,52
|
2
|
Hutan Produksi
Terbatas (HPT)
|
481.623,31
|
15,54
|
3
|
Hutan Lindung (HL)
|
815.236,00
|
26,31
|
4
|
Hutan Produksi
Konversi (HPK)
|
107.470,29
|
3,47
|
5
|
Taman Nasional
|
939.329,00
|
30,31
|
6
|
Areal Penggunaan
Lainnya
|
583.892,00
|
18.84
|
Jumlah
|
3.098.632,87
|
100
|
Sumber : Disbunhut Kab. Kapuas Hulu, 2010
3.6.1. Plora
Kesedian hutan kapuas hulu adalah bagian dari
jantung dunia yang sangat memungkinkan untuk dimanfaat secara ekonomis, dalam
hal ini adalah untuk mengali potensi alam secara optimal dalam pembangunan,
mulai dari potensi wisata alam sampai pada hutan hujan tropis yang di tumbuhi
jutaan spesies plora yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan obat,
tapi tentunya sangat diperlukan peran pemerintah dan masyrakat dalam mengatur
regulasi dan implementasi serta penegakan hukum untuk menghindari agar tidak
terjamah oleh tangan-tangan yang tidak betangung jawab karena banyak mata
tertuju pada potensi dan mengincar hutan kita untuk dinikmati manfaatnya secara
pribadi dan golongan.
Adapun salah satu contoh potensi wisata alam
yang paling familiar dikalangan pencinta alam dunia dari kapuas hulu adalah;
(1). Taman nasional Danau sentarum
Gambar 3.2
Taman Nasional Danau
Sentarum merupakan salah satu obyek wisata yang ada di kabupaten kapuas hulu
yang telah diakui oleh dunia internasional. Secara geografis terletak antara
045'-0102’ Lintang Utara dan 11157'-11220’ Bujur Timur. Taman Nasinal Danau
Sentarum terletak di Kecamatan Semitau, Kecamatan Batang Lupar, Kecamatan
Badau, dan Kecamatan Selimbau.
Keadaan topografi Taman
Nasional Danau Sentarum pada umumnya dataran rendah dengan cekungan yang terendam
air. Ketinggian berkisar 50-100 m dpl.
Secara umum, di kawasan
Taman Nasional Danau Sentarum terdapat beberapa type hutan rawa, antara lain :
hutan rawa kerdil, hutan rawa terhalang, hutan rawa Kawi - Kamsia, hutan rawa
tegakan, hutan rawa Ramin - Mentangur - Kunyit, selain hutan rawa terdapat pula
hutan tepian yang didominasi jenis rengas Gluta rengas, hutan perbuktian yang
didominasi oleh jenis Dipterocarpacea, dan hutan kerakas.
Taman Nasional Danau
Sentarum memiliki berbagai jenis satwa liar yang sangat beranekaragam, dan
diantaranya adalah : Pongo pygmaeus (Pongo Pygmaeus), Siamang/ungka (Hylobates
muelleri), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Bekantan (Nasalis
larvatus), Babi hutan (Sus Barbatus), Beruang madu (Helarctos
malayanus), Bajing (Callosciurus notatus), Layang-layang (Hirundapus
giganteus), dan berbagai jenis ikan seperti : Arowana (Sclerophages
formosus), Linut (Sundasalanx cf. Microps), Seluang (Rasbora spp.),
Belida (Notopterus borneensis), Baung (Mystus nemuzus), Tebirin (Belodontichthys
dinema), dan masih banyak lagi yang hingga saat ini belum diketahui nama
ilmiahnya.
Disamping keadaan alamnya
sendiri yang potensial sebagai tempat wisata juga terdapat beberapa obyek yang
dapat dinikmati, antara lain : pemandangan/panorama alam danau yang luas dan
tenang, gejala alam, nilai dan sejarah.
Kawasan Taman Nasinal Danau
Sentarum dapat dicapai dengan menggunakan bis umum menuju Kabupaten Sintang 8
km atau dengan pesawat udara 1 jam dan dari Sintang ke Semitau 4 jam pakai
speed boat, dari Semitau ke pusat lapangan 1,5 jam dengan speed boat 40 HP.
Waktu kunjungan bisa setiap saat dan tidak tergantung pada cuaca.
3.6.2.
Pauna
Banyak pauna yang terdapat di hutan kapuas
hulu seperti yang sudah disinggung diatas tapi yang paling terkenal karena diincar
para kolektor ikan hias dunia khususnya cina dan hongkong adalah;
(1). Arowana (Sclerophages formosus)
Gambar 3.3
Arwana atau yang bernama
ilmiah Scleropages formosus dikenal
juga dengan berbagai nama lokal seperti : Ikan Naga, Barramundi, Saratoga, Pla
Tapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkeleso, Aruwana / Arowana,
tergolong sebagai ikan predator yang juga termasuk dalam kelompok ikan primitif
yang berevolusi lebih dari 10 juta tahun.
Fosil ikan ini ditemukan
diberbagai tempat dan diduga berumur antara 10-60 juta tahun (tergantung pada
spesies dan tempatnya). Arwana digolongkan dalam famili Osteoglosidae, memiliki
karakteristik badan memanjang, sirip dubur terletak jauh di belakang badan.
Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Ada empat variasi warna yaitu Arwana hijau ditemukan di Vietnam, Birma, Thailand, dan Malaysia, warna emas dengan ekor merah ditemukan di Indonesia, dan warna emas ditemukan di Malaysia. Di Kalimantan Barat ditemukan arwana berwarna merah, sedangkan di Sumatera Selatan berwarna hijau putih.
Habitat ikan ini pada tepian sungai yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis. dimana pepohonan tersebut memiliki akar di dasar sungai dengan batang pohon di dalam air, tetapi daun-daunnya rimbun ke atas. Di habitat seperti inilah ikan-ikan arwana berada, berkembang biak, dan bersembunyi.
Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Ada empat variasi warna yaitu Arwana hijau ditemukan di Vietnam, Birma, Thailand, dan Malaysia, warna emas dengan ekor merah ditemukan di Indonesia, dan warna emas ditemukan di Malaysia. Di Kalimantan Barat ditemukan arwana berwarna merah, sedangkan di Sumatera Selatan berwarna hijau putih.
Habitat ikan ini pada tepian sungai yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis. dimana pepohonan tersebut memiliki akar di dasar sungai dengan batang pohon di dalam air, tetapi daun-daunnya rimbun ke atas. Di habitat seperti inilah ikan-ikan arwana berada, berkembang biak, dan bersembunyi.
Di Kalimantan Barat, ikan
ini banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas Hulu Kecamatan Slimbau, di daerah
banjiran yang banyak hutan rawang dan dasar tanahnya berkapur. Sedangkan di
Sumatera Selatan ditemukan di daerah rawa banjiran yang dasar tanahnya
bergambut.
BAB IV
PEREKONOMIAN KABUPATEN KAPUAS HULU
Pembangunan
yang dilaksanakan di
Kabupaten Kapuas Hulu
tentunya mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM),
dan Rencana Kegiatan
Tahunan (RKT) yang
telah ditetapkan.
Tujuan pembangunan baik di bidang ekonomi
maupun pembangunan di bidang sosial, kesemuanya ditujukan agar ada perubahan ke
arah yang lebih baik. Potret pembangunan ekonomi di
Kabupaten Kapuas Hulu
pada tahun 2011–2012
yang terekam pada pertumbuhan ekonomi
menunjukkan tanda positif,
meningkat bila dibandingkan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009–2010
yang lalu.
4.1.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
suatu daerah dapat
menjadi salah satu
tolok ukur keberhasilan pembangunan
suatu daerah. Dalam
kurun waktu tiga
tahun terakhir, laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten Kapuas
Hulu memperlihatkan trend yang
cukup baik. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kapuas
Hulu pada tahun 2012
tercatat 5,61 persen
naik kurang lebih
1,05 point dibanding pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang mencapai
4,56 persen. Sedangkan pada periode 2008–2009 dan
periode 2009–2010 menguat masing-masing 0,15 point dan
0,74 point. Indikator
ini menunjukkan bahwa
kinerja pembangunan ekonomi di
kabupaten paling timur
Kalimantan Barat mengala mi
peningkatan yang cukup berarti,
walaupun pola pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu
cenderung lamban, namun
tiap tahunnya terus
menerus mengalami kenaikan.
Kinerja
perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu pada tahun 2012 ditandai dengan pertumbuhan
positif yang terjadi
diseluruh sektor ekonomi.
Sektor bangunan adalah sektor
dengan pertumbuhan tertinggi
mencapai 9,14 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar
8,30 persen, sektor jasa
7,18 persen, dan
sektor keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan
6,69 persen. Sedangkan
sektor dengan pertumbuhan terendah
adalah sektor industri pengolahan sebesar
2,87 persen, sektor
ini mengalami peningkatan
1,11 point dibandingkan tahun
2011 yang tercatat sebesar 1,76 persen.
Masih dalam
kurun waktu yang
sama 2011–2012, sektor
ekonomi yang kinerjanya menurun
adalah sektor pertanian
(-0,67 point), dan
pengangkutan dan komunikasi (-1,46
point). Penurunan kinerja
sektor pertanian disebabkan karena menurunnya pertumbuhan subsektor
tanaman bahan makanan
dan subsektor kehutanan, masing-masing
turun sebesar 3
point dan 1,33
point.
Menurunnya luas
panen, produksi padi
dan luas areal
hutan yang meyempit berdampak secara langsung pada
kinerja sektor pertanian. Selain kedua
sektor di atas, sektor ekonomi
di Kabupaten Kapuas Hulu
mengalami laju pertumbuhan
positif jika dibandingkan tahun sebelumnya.Jika
kita analisis lebih
jauh tentang kontribusi
masing-masing sektor ekonomi
terhadap total pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu, tercatat bahwa di
tahun 2012, penyumbang
terbesar adalah sektor perdagangan,
hotel, dan restoran mencapai
1,54 persen, kemudian
diikuti sektor bangunan
1,35 persen, dan sektor
pertanian 1,22 persen.
Sumber pertumbuhan ekonomi
yang lain adalah sektor jasa-jasa
sebesar 0,70 persen
dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
sebesar 0,36 persen.Bila dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Provinsi
Kalimantan Barat, angka pertumbuhan
Kabupaten Kapuas Hulu
masih di bawah
angka provinsi. Tahun 2012
tercatat angka pertumbuhan provinsi sebesar 5,83 persen, turun 0,14 point dibandingkan tahun
2011 sebesar 5,97 persen.
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2008–2012
Grafik 4.1
Sumber; Katalog BPS: 9302008.6108
Berdasarkan
data diatas mengunakan analisis statis, rata-rata pertumbuhan ekonomi kapuas
hulu 0,515 jadi forecast pertumbuhan ekonomi 2013 akan mengalami penigkatan 0515
basis point pada kisaran angka 6,125.
4.2.
Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian
kabupaten Kapuas Hulu
dapat dikatakan tidak mengalami perubahan
yang cukup berarti
selama 5 tahun
terakhir ini seperti terlihat pada
grafik 3.2.1. Walaupun
terus tejadi penurunan
kontribusi setiap tahunnya,
sektor pertanian masih tetap menjadi pemimpin
(leading sector) dari sektor-sektor
yang lainnya pada tahun 2012.
Peranan sektor
pertanian pada tahun
2012 didominasi oleh
sub sektor tanaman bahan
makanan sebesar 12,37
persen. Kontribusi terbesar
kedua di sektor pertanian
disumbangkan oleh sub sektor kehutanan sebesar
6,81 persen, disusul sub sektor
perikanan sebesar 5,60 persen. Untuk sub
sektor perkebunan dan peternakan masing-masing menyumbang kontribusi terhadap
PDRB sebesar 4,88 persen dan 2,82 persen.
Struktur
Perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012
Diagram 4.1
Sumber; Katalog BPS: 9302008.6108
Peranan sektor
bangunan menempati urutan
kedua pada pembentukan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Kapuas Hulu. Kontribusi sektor ini dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun 2011 tercatat
23,44 persen, kemudian
meningkat menjadi 24,42
persen pada tahun 2012.
Kontribusi
terbesar ketiga tahun 2012 diberikan
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan kontribusinya sebesar
16,13 persen. Pemberi
share terbesar untuk sektor ini disumbangkan oleh sub sektor perdagangan
besar dan eceran yang mencapai angka 15,83 persen. Untuk sektor lain selain
ketiga sektor di atas, hanya memberikan kontribusinya di bawah 13 persen.
4.3.
Laju Inflasi
Inflasi
menjadi salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu daerah, karena dapat
menggambarkan naik turunnya
harga. Keadaan ekonomi yang makin stabil ditunjukkan oleh
perkembangan laju inflasi yang kecil.
Inflasi yang tinggi berarti
juga terjadinya perubahan
harga yang tajam dan akan menyebabkan penurunan daya beli
masyarakat.
Berdasarkan
indeks harga implisit PDRB dapat dilihat besarnya laju inflasi pada tingkat
produsen secara umum.
Dengan melihat tabel
3.3.1 berikut ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa
tingkat harga pada
level produsen secara umum
dari tahun 2008
sampai tahun 2012
cenderung berfluktuasi persentase peningkatan maupun
penurunannya. Pada tahun
2012 tingkat harga
produsen mengalami peningkatan dari tahun 2011, mencapai 6,56 persen.
Indeks Harga Implisit dan
Laju Inflasi ADH Produsen, Kabupaten Kapuas Hulu dan Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2008 – 2012
Tabel 4.6
|
Kapuas
hulu
|
Kalimantan
barat
|
||||
Tahun
|
|
|
||||
2008
|
|
|
||||
2009
|
|
|
||||
2010
(‘)
|
|
|
||||
2011
(*)
|
|
|
||||
2012
(**)
|
|
|
Sumber;
Katalog BPS: 9302008.6108
Dari tabel
3.3.1 di atas,
dapat dibandingkan laju
inflasi pada tingkat produsen Kabupaten
Kapuas Hulu dengan
laju inflasi Provinsi
Kalimantan Barat. Pada tahun 2008 hingga tahun 2012, laju inflasi atas
dasar harga produsen di bumi Uncak Kapuas
lebih tinggi dibandingkan dengan
laju inflasi atas dasar harga produsen di
Kalimantan Barat secara umum.
4.4.
Pendapatan Regional Perkapital
Salah satu
cara untuk melihat
tingkat kemakmuran suatu
daerah adalah dengan melihat pendapatan
perkapita di daerah
tersebut. Pendapatan perkapita ini
diperoleh dengan cara
membagi nilai PDRB
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Pada
tabel 3.5.1 dapat dilihat dari tahun 2008
sampai 2012, apabila dinilai dengan
rupiah, nilai PDRB
perkapita Kapuas Hulu
menunjukkan trend yang terus naik. Sama halnya bila dinilai dengan kurs
dollar Amerika Serikat, PDRB perkapita
kabupaten Kapuas Hulu angkanya bergerak naik. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika
Serikat pada tahun 2012.
PDRB Perkapita Kabupaten Kapuas Hulu Tahun
2008 – 2012
Tabel 4.7
Tahun
|
Penduduk
Pertengahan
Tahun
|
PDRB
Perkapita
(Berlaku)
|
Kurs
Tengah
US$
Thdp
Rupiah
di BI
|
||
2008
|
212
088
|
|
9
545,05
|
||
2009
|
216
051
|
|
10
176,95
|
||
2010
(‘)
|
222
160
|
|
8
997,86
|
||
2011
(*)
|
223
782
|
|
8
697,10
|
||
2012
(**)
|
225
581
|
|
9
354,96
|
Sumber;
Katalog BPS: 9302008.6108
Keterangan: Jumlah penduduk berdasarkan DAU
BAB: V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan Perkembangan ekonomi
sebagian besar tergantung pada pemecahan beberapa masalah pokok yaitu akumulasi
kapital dan penggunaan maksimal dari sumber daya manusia dan sumber daya alam
yang tepat guna untuk meningkatkan serta memperbaiki produksi barang dan jasa
dalam upaya memenuhi kebutuhan regional, nasional maupun global.
B. Saran
Dalam kesempanan ini penulis menyarankan kepada pembaca
untuk terlibat dalam proses perbaikan makalah ini. Sebagaimana yang penulis
sadari, Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik pada penelitian, penulisan, materi maupun penyajianya. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan tepat waktu dan oleh karenanya penulis
dengan rendah hati menerima dan berharap keterlibatan pembaca dengan bersedia
memberikan masukan, saran dan usul sebagai langkah verifikasi dan perbaikan
makalah ini kedepanya karena pembuatan makalah inipun tidak lebih dari sebagai
sumbangsih terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Hahah.. membingungkan. Ini membicarakan Kab. Kapuas Hulu Prop.Kalimanatan Barat tapi kok ambil Sumber; http://kapuaskab.bps.go.id. Itu kan situs Kab. Kapuas Prop. Kalimantan Tengah. Gak relevanlah bro..
BalasHapus