A.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Buku
“Neraca Pembayaran Indonesia dan Posisi Investasi Internasional Indonesia:
Konsep, Sumber Data , dan Metode” ini berisi penjelasan tentang kerangka
konseptual statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan Posisi Investasi
Internasional Indonesia (PIII) serta sumber data dan metode yang digunakan
dalam penyusunannya. Buku ini juga menjelaskan keterkaitan kedua statistik
tersebut dengan statistik ekonomi lainnya serta di mana publik dapat mengakses
kedua statistik tersebut.
Saat
ini Bank Indonesia menyusun statistik NPI dan PIII dengan mengacu kepada Balance
of Payments Manual 5 (BPM5) yang dikeluarkan oleh International
Monetary Fund (IMF) tahun 1993. Penjelasan yang ada dalam publikasi ini
konsisten dengan manual tersebut. Sejalan dengan berbagai perkembangan yang
terjadi di lingkungan global, dalam waktu yang tidak terlalu lama IMF akan
mengeluarkan hasil revisi terhadap BPM5. Pada waktunya nanti Bank Indonesia
akan secara bertahap menyesuaikan praktek penyusunan statistik NPI & PIII
dengan manual terbaru tersebut sekaligus merevisi publikasi ini.
Kami
berharap publikasi ini dapat bermanfaat sebagai panduan bagi berbagai pihak
dalam membaca dan memahami perkembangan statistik NPI & PIII. Sekalipun
demikian, kami menyadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna . Karena
itu, kami megharapkan masukan dari semua pihak agar kami dapat menyempurnakan
publikasi ini di waktu yang akan datang. Masukan dapat ditujukan pada Biro
Neraca Pembayaran, Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia
melalui email BNP@bi.go.id.
Untuk
mendapatkan informasi lengkap mengenai "Neraca Pembayaran
Indonesia dan Posisi Investasi Internasional Indonesia : Konsep, Sumber Data,
dan Metode" silahkan akses pada halaman berikut : (http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Publikasi+Lain/Publikasi+Lainnya/met_npi_09.htm)
|
NERACA PERDAGANGAN INDONESIA
TOTAL
Periode : 2008-2013
(Nilai : Juta US$)
NO
|
Uraian
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
TREND(%) 2008-2012
|
Jan-Ags*
|
CHANGE(%)
2013/2012
|
|
2012
|
2013
|
|||||||||
I
|
E X P O R T
|
137.020,4
|
116.510,0
|
157.779,1
|
203.496,6
|
190.020,1
|
12,88
|
127.091,3
|
119.317,4
|
-6,12
|
- OIL & GAS
|
29.126,3
|
19.018,3
|
28.039,6
|
41.477,0
|
36.977,3
|
13,39
|
25.872,2
|
21.384,0
|
-17,35
|
|
- NON OIL & GAS
|
107.894,2
|
97.491,7
|
129.739,5
|
162.019,6
|
153.042,8
|
12,83
|
101.219,1
|
97.933,4
|
-3,25
|
|
II
|
I M P O R T **)
|
129.197,3
|
96.829,2
|
135.663,3
|
177.435,6
|
191.689,5
|
14,97
|
126.617,5
|
124.856,0
|
-1,39
|
- OIL & GAS
|
30.552,9
|
18.980,7
|
27.412,7
|
40.701,5
|
42.564,2
|
15,33
|
27.509,4
|
29.909,5
|
8,72
|
|
- NON OIL & GAS
|
98.644,4
|
77.848,5
|
108.250,6
|
136.734,0
|
149.125,3
|
14,91
|
99.108,1
|
94.946,5
|
-4,20
|
|
III
|
TOTAL
|
266.217,7
|
213.339,3
|
293.442,4
|
380.932,2
|
381.709,6
|
13,89
|
253.708,8
|
244.173,4
|
-3,76
|
- OIL & GAS
|
59.679,2
|
37.999,0
|
55.452,3
|
82.178,6
|
79.541,4
|
14,41
|
53.381,7
|
51.293,5
|
-3,91
|
|
- NON OIL & GAS
|
206.538,6
|
175.340,2
|
237.990,1
|
298.753,6
|
302.168,1
|
13,81
|
200.327,2
|
192.879,9
|
-3,72
|
|
IV
|
BALANCE
|
7.823,1
|
19.680,8
|
22.115,8
|
26.061,1
|
-1.669,4
|
0,00
|
473,8
|
-5.538,6
|
-1.269,03
|
- OIL & GAS
|
-1.426,6
|
37,6
|
626,9
|
775,5
|
-5.586,9
|
0,00
|
-1.637,2
|
-8.525,5
|
420,73
|
|
- NON OIL & GAS
|
9.249,7
|
19.643,2
|
21.488,9
|
25.285,5
|
3.917,6
|
-13,63
|
2.111,0
|
2.986,9
|
41,50
|
Sumber: BPS, Processed by Trade Data and Information Center, Ministry of
Trade
Keterangan:
*) Angka sementara
NERACA
Jakarta – Data Badan Pusat
Statistik (BPS) melansir pada Februari 2013 neraca perdagangan Indonesia (NPI)
mengalami defisit sebesar US$327,4 juta. Nilai ekspor Indonesia di Februari
2013 adalah US$14,99 miliar, sementara nilai impor di bulan yang sama sebesar
US$15,32 miliar. Defisit perdagangan ini melanjutkan defisit-defisit
perdagangan di bulan-bulan sebelumnya. “Kalau digabungkan defisit neraca
perdagangan Indonesia pada Januari-Februari 2013, maka defisit neraca
perdagangan menjadi US$402,1 juta,” kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin
(1/4).
Defisit perdagangan pada
Januari-Februari ini, kata Suryamin, terutama karena sektor migas defisit
sampai US$2.417,7 juta. Meskipun dari non-migas surplus sebesar US$2.015,6
juta, tetapi secara total tetap saja menjadi defisit. “Dari defisit migas
sebesar itu, defisit paling besar adalah dari hasil minyak, sementara gas masih
surplus,” uajr Suryamin.
Pada periode Januari sampai
Februari 2013, ekspor hasil minyak Indonesia adalah sebesar US$707,0 juta,
sementara impornya sebesar US$5.071,6 juta, sehingga didapati defisitnya
sebesar US$4.364,6 juta. Sedangkan untuk gas, ekspor Indonesia adalah sebesar
US$3.000,7 juta, sementara impornya sebesar US$526,5 juta, sehingga mendapati
surplus sebesar US$2.474,2 juta.
Untuk neraca perdagangan
non-migas, Indonesia mengalami surplus di hampir seluruh negara Asean. “Secara
total, pada Januari-Februari 2013, neraca perdagangan Indonesia surplus
terhadap Asean, yaitu US$537,7 juta. Indonesia hanya defisit dengan Thailand,
yaitu sebesar US$861,8 juta,” jelas Suryamin.
Defisit neraca perdagangan
Indonesia yang paling besar adalah dengan China, kata Suryamin, yaitu sebesar
US$1.239,3 juta. Sedangkan surplus perdagangan Indonesia yang terbesar adalah
dengan India yaitu sebesar US$1.638,0 juta dan dengan Amerika Serikat yaitu
sebesar US$1.227,4 juta. “Surplus dengan India didominasi oleh produk CPO (crude
palm oil),” jelas dia. Dengan Uni Eropa, sektor non-migas Indonesia
masih surplus US$387,7 juta.
Ekspor nonmigas Indonesia pada Februari
2013 ke China, Jepang, dan Amerika Serikat masing-masing mencapai US$1.806,9
juta, US$1.373,9 juta, dan US$1.162,8 juta, dengan peranan ketiganya mencapai
34,89%.
Penurunan ekspor nonmigas
Februari 2013 jika dibandingkan dengan Januari 2013 terjadi ke sebagian besar
negara tujuan utama, yaitu India sebesar US$295,4 juta, Amerika Serikat sebesar
US$109,4 juta, Thailand sebesar US$28,4 juta, Jepang sebesar US$24,8 juta,
Malaysia sebesar US$22,1 3juta, Perancis sebesar US$14,3 juta, Jerman sebesar US$11,9
juta, Inggris sebesar US$4,0 juta, dan Taiwan sebesar US$3,1 juta.
Sebaliknya, ekspor ke Cina
mengalami peningkatan sebesar US$320,8 juta, diikuti Singapura sebesar US$47,2
juta, Australia sebesar US$35,8 juta, dan Korea Selatan sebesar US$18,1 juta. Sementara,
ekspor ke Uni Eropa (27 negara) pada Februari 2013 mencapai US$1.392,0 juta.
Secara keseluruhan, total ekspor ketiga belas negara tujuan utama di atas turun
1,01%.
Sementara dari sisi impor
non-migas Indonesia pada Februari 2013 totalnya adalah US$11.671,4 juta atau
naik US$187,2 juta (1,63%) dibanding impor nonmigas Januari 2013. Dari nilai
impor nonmigas tersebut, sebesar US$2.621,5 juta (22,46%) berasal dari Asean
dan US$1.215,4 juta (10,41%) dari Uni Eropa.
Berdasarkan negara asal barang
utama, tiga belas negara utama memberikan peran sebesar 78,97% dari total impor
nonmigas Indonesia. Negara pemasok terbesar masih ditempati oleh China dengan
peranan sebesar 18,39% (US$2.146,2 juta), diikuti oleh Jepang sebesar 14,36%
(US$1.675,6 juta) dan Thailand sebesar 8,52% (US$994,0 juta).
Dilihat
dari perubahan terhadap Januari 2013, maka impor nonmigas dari tiga belas
negara utama mengalami peningkatan 1,16% (US$105,4 juta). Peningkatan tersebut
terutama disebabkan oleh naiknya nilai impor di beberapa negara utama seperti
oleh Jepang sebesar US$257,1 juta (18,12%) dan Thailand sebesar US$188,8 juta
(23,45%).
Sementara itu, jika dilihat dari
perkembangannya terhadap Januari–Februari 2012, impor dari tiga belas negara
utama turun tipis, yaitu US$18,0 juta atau 0,10%. Penurunan ini terutama dipicu
oleh menurunnya nilai impor dari Jepang dan Amerika Serikat yang masing-masing
turun sebesar US$470,3 juta (13,19%) dan US$399,5 juta (24,86%). [iqbal]
|
||||||||||||||||||||||||
No. 15/ 22 /Dkom
“Bauran kebijakan yang diambil oleh Bank
Indonesia, didukung oleh kebijakan Pemerintah di bidang pembiayaan fiskal,
berhasil mengurangi dampak negatif dari memburuknya kondisi ekonomi dan
keuangan global terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI),” demikian pernyataan Gubernur Bank
Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, menanggapi publikasi statistik NPI terkini
yang menunjukkan berkurangnya defisit NPI dari US$6,6 miliar pada triwulan
sebelumnya menjadi US$2,5 miliar pada triwulan II-2013. Penurunan defisit NPI
tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang kembali surplus
setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit yang cukup besar. Di sisi
lain, sesuai pola musimannya, defisit transaksi berjalan meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan NPI yang masih defisit,
jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2013 turun menjadi US$98,1 miliar.
Kendati demikian, jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan
pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 5,4 bulan yang
berarti tetap berada di atas standar kecukupan internasional.
Faktor musiman dan harga komoditas
ekspor yang masih mengalami penurunan mendorong kenaikan defisit transaksi
berjalan. Defisit transaksi berjalan
meningkat dari US$5,8 miliar (2,6% dari PDB) pada triwulan sebelumnya menjadi
US$9,8 miliar (4,4% dari PDB) pada triwulan II-2013 akibat menyusutnya
surplus neraca perdagangan nonmigas serta melebarnya defisit neraca jasa dan
pendapatan. Surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut karena impor,
khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi, meningkat sehubungan dengan
konsumsi domestik pada triwulan II yang secara historis memang selalu lebih
tinggi daripada triwulan I. Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor nonmigas
tertahan oleh harga komoditas di pasar internasional yang masih cenderung
menurun akibat perekonomian China yang melambat. Defisit neraca jasa melebar
akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan
kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama
musim liburan sekolah. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan
juga melebar mengikuti jadwal pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer
keuntungan kepada investor asing. Sementara itu, neraca perdagangan migas
masih defisit tetapi berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya.
Di tengah gejolak pasar keuangan global,
respon kebijakan Bank Indonesia dan strategi pembiayaan fiskal yang
diterapkan oleh Pemerintah telah membantu mengembalikan surplus transaksi
modal dan finansial. Setelah
mengalami defisit sebesar US$0,3 miliar pada triwulan sebelumnya, transaksi
modal dan finansial kembali mencatat surplus sebesar US$8,2 miliar pada
triwulan II-2013. Perbaikan ini antara lain berasal dari meningkatnya arus
masuk investasi langsung asing (PMA) yang mengindikasikan tetap kuatnya
keyakinan investor terhadap kondisi fundamental dan prospek ekonomi Indonesia
ke depan. Selain itu, investasi portofolio asing masih mencatat surplus yang
cukup signifikan, meskipun sempat terjadi arus keluar yang cukup besar pada
Juni 2013 pasca mencuatnya rencana penghentian kebijakan moneter longgar di
Amerika Serikat. Hal ini didukung oleh langkah antisipatif yang diambil oleh
Bank Indonesia dalam meredam kenaikan ekspektasi inflasi melalui peningkatan
suku bunga FASBI dan BI rate, langkah Pemerintah menerbitkan obligasi valas
sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit fiskal, serta meningkatnya
penerbitan obligasi valas oleh korporasi. Perbaikan transaksi modal dan
finansial juga berasal dari surplus pada investasi lainnya, terutama dalam
bentuk penarikan simpanan milik perbankan domestik di luar negeri. Bank-bank
menarik sebagian simpanannya di luar negeri, selain untuk memenuhi kebutuhan
nasabah, juga untuk memanfaatkan fasilitas simpanan berupa instrumen term
deposit valas dan fasilitas lindung nilai berupa instrumen swap valas yang
disediakan oleh Bank Indonesia.
Agus D.W. Martowardojo menambahkan, “Pada
triwulan III-2013, perbaikan kondisi ekonomi dan keuangan global serta
perlambatan permintaan domestik diharapkan dapat mendukung upaya pemulihan
keseimbangan eksternal Indonesia.” Sesuai
dengan pola musimannya, defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2013
akan jauh lebih rendah daripada triwulan II-2013. Selain itu, ekonomi dunia
dan harga komoditas yang diperkirakan membaik akan berdampak positif terhadap
kinerja ekspor nonmigas. Pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat dan nilai
tukar rupiah yang dalam beberapa waktu terakhir telah terdepresiasi ke arah
nilai fundamentalnya akan menahan akselerasi impor dan mengurangi defisit
neraca jasa. Di sisi transaksi modal dan finansial, surplus pada triwulan
III-2013 diperkirakan masih akan besar. Meskipun pertumbuhan PMA cenderung
melambat, nilainya diperkirakan tetap lebih tinggi daripada triwulan II-2013
sesuai pola historisnya selama ini. Gejolak di pasar keuangan global yang
mulai mereda akan mengurangi arus keluar investasi portofolio asing yang pada
bulan Juni sempat terjadi dalam jumlah besar, bahkan sejak Juli hingga
pertengahan Agustus ini telah mulai terjadi arus masuk modal asing dalam
bentuk pembelian Surat Berharga Negara dan saham.
Penjelasan dan data yang lebih lengkap
dapat dilihat pada Laporan NPI
Triwulan II-2013 di
website Bank Indonesia.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar