Minggu, 02 Maret 2014

ANALISIS NERACA PEREKONOMIAN INDONESIA

A.    NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Buku “Neraca Pembayaran Indonesia dan Posisi Investasi Internasional Indonesia: Konsep, Sumber Data , dan Metode” ini berisi penjelasan tentang kerangka konseptual statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan Posisi Investasi Internasional Indonesia (PIII) serta sumber data dan metode yang digunakan dalam penyusunannya. Buku ini juga menjelaskan keterkaitan kedua statistik tersebut dengan statistik ekonomi lainnya serta di mana publik dapat mengakses kedua statistik tersebut.
Saat ini Bank Indonesia menyusun statistik NPI dan PIII dengan mengacu kepada Balance of Payments Manual 5 (BPM5) yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF) tahun 1993. Penjelasan yang ada dalam publikasi ini konsisten dengan manual tersebut. Sejalan dengan berbagai perkembangan yang terjadi di lingkungan global, dalam waktu yang tidak terlalu lama IMF akan mengeluarkan hasil revisi terhadap BPM5. Pada waktunya nanti Bank Indonesia akan secara bertahap menyesuaikan praktek penyusunan statistik NPI & PIII dengan manual terbaru tersebut sekaligus merevisi publikasi ini.
Kami berharap publikasi ini dapat bermanfaat sebagai panduan bagi berbagai pihak dalam membaca dan memahami perkembangan statistik NPI & PIII. Sekalipun demikian, kami menyadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna . Karena itu, kami megharapkan masukan dari semua pihak agar kami dapat menyempurnakan publikasi ini di waktu yang akan datang. Masukan dapat ditujukan pada Biro Neraca Pembayaran, Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia melalui email BNP@bi.go.id.
Untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai "Neraca Pembayaran Indonesia dan Posisi Investasi Internasional Indonesia : Konsep, Sumber Data, dan Metode" silahkan akses pada halaman berikut : (http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Publikasi+Lain/Publikasi+Lainnya/met_npi_09.htm)
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Tanggal
Judul
Hits
16-08-2013
4134
15-05-2013
4706
13-02-2013
7048
09-11-2012
4987
10-08-2012
4749
25-05-2012
6113
23-02-2012
8326
17-11-2011
7134
18-08-2011
6890
19-05-2011
10664
NERACA PERDAGANGAN INDONESIA TOTAL
Periode : 2008-2013
(Nilai : Juta US$)                                              
NO
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
TREND(%) 2008-2012
Jan-Ags*
CHANGE(%) 2013/2012
2012
2013
I
E X P O R T
137.020,4
116.510,0
157.779,1
203.496,6
190.020,1
12,88
127.091,3
119.317,4
-6,12
- OIL & GAS
29.126,3
19.018,3
28.039,6
41.477,0
36.977,3
13,39
25.872,2
21.384,0
-17,35
- NON OIL & GAS
107.894,2
97.491,7
129.739,5
162.019,6
153.042,8
12,83
101.219,1
97.933,4
-3,25
II
I M P O R T **)
129.197,3
96.829,2
135.663,3
177.435,6
191.689,5
14,97
126.617,5
124.856,0
-1,39
- OIL & GAS
30.552,9
18.980,7
27.412,7
40.701,5
42.564,2
15,33
27.509,4
29.909,5
8,72
- NON OIL & GAS
98.644,4
77.848,5
108.250,6
136.734,0
149.125,3
14,91
99.108,1
94.946,5
-4,20
III
TOTAL
266.217,7
213.339,3
293.442,4
380.932,2
381.709,6
13,89
253.708,8
244.173,4
-3,76
- OIL & GAS
59.679,2
37.999,0
55.452,3
82.178,6
79.541,4
14,41
53.381,7
51.293,5
-3,91
- NON OIL & GAS
206.538,6
175.340,2
237.990,1
298.753,6
302.168,1
13,81
200.327,2
192.879,9
-3,72
IV
BALANCE
7.823,1
19.680,8
22.115,8
26.061,1
-1.669,4
0,00
473,8
-5.538,6
-1.269,03
- OIL & GAS
-1.426,6
37,6
626,9
775,5
-5.586,9
0,00
-1.637,2
-8.525,5
420,73
- NON OIL & GAS
9.249,7
19.643,2
21.488,9
25.285,5
3.917,6
-13,63
2.111,0
2.986,9
41,50
SumberBPS, Processed by Trade Data and Information Center, Ministry of Trade
Keterangan:
*) Angka sementara
NERACA
Jakarta – Data Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pada Februari 2013 neraca perdagangan Indonesia (NPI) mengalami defisit sebesar US$327,4 juta. Nilai ekspor Indonesia di Februari 2013 adalah US$14,99 miliar, sementara nilai impor di bulan yang sama sebesar US$15,32 miliar. Defisit perdagangan ini melanjutkan defisit-defisit perdagangan di bulan-bulan sebelumnya. “Kalau digabungkan defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Februari 2013, maka defisit neraca perdagangan menjadi US$402,1 juta,” kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin (1/4).
Defisit perdagangan pada Januari-Februari ini, kata Suryamin, terutama karena sektor migas defisit sampai US$2.417,7 juta. Meskipun dari non-migas surplus sebesar US$2.015,6 juta, tetapi secara total tetap saja menjadi defisit. “Dari defisit migas sebesar itu, defisit paling besar adalah dari hasil minyak, sementara gas masih surplus,” uajr Suryamin.
Pada periode Januari sampai Februari 2013, ekspor hasil minyak Indonesia adalah sebesar US$707,0 juta, sementara impornya sebesar US$5.071,6 juta, sehingga didapati defisitnya sebesar US$4.364,6 juta. Sedangkan untuk gas, ekspor Indonesia adalah sebesar US$3.000,7 juta, sementara impornya sebesar US$526,5 juta, sehingga mendapati surplus sebesar US$2.474,2 juta.
Untuk neraca perdagangan non-migas, Indonesia mengalami surplus di hampir seluruh negara Asean. “Secara total, pada Januari-Februari 2013, neraca perdagangan Indonesia surplus terhadap Asean, yaitu US$537,7 juta. Indonesia hanya defisit dengan Thailand, yaitu sebesar US$861,8 juta,” jelas Suryamin.
Defisit neraca perdagangan Indonesia yang paling besar adalah dengan China, kata Suryamin, yaitu sebesar US$1.239,3 juta. Sedangkan surplus perdagangan Indonesia yang terbesar adalah dengan India yaitu sebesar US$1.638,0 juta dan dengan Amerika Serikat yaitu sebesar US$1.227,4 juta. “Surplus dengan India didominasi oleh produk CPO (crude palm oil),” jelas dia. Dengan Uni Eropa, sektor non-migas Indonesia masih surplus US$387,7 juta.
Ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2013 ke China, Jepang, dan Amerika Serikat masing-masing mencapai US$1.806,9 juta, US$1.373,9 juta, dan US$1.162,8 juta, dengan peranan ketiganya mencapai 34,89%.
Penurunan ekspor nonmigas Februari 2013 jika dibandingkan dengan Januari 2013 terjadi ke sebagian besar negara tujuan utama, yaitu India sebesar US$295,4 juta, Amerika Serikat sebesar US$109,4 juta, Thailand sebesar US$28,4 juta, Jepang sebesar US$24,8 juta, Malaysia sebesar US$22,1 3juta, Perancis sebesar US$14,3 juta, Jerman sebesar US$11,9 juta, Inggris sebesar US$4,0 juta, dan Taiwan sebesar US$3,1 juta.
Sebaliknya, ekspor ke Cina mengalami peningkatan sebesar US$320,8 juta, diikuti Singapura sebesar US$47,2 juta, Australia sebesar US$35,8 juta, dan Korea Selatan sebesar US$18,1 juta. Sementara, ekspor ke Uni Eropa (27 negara) pada Februari 2013 mencapai US$1.392,0 juta. Secara keseluruhan, total ekspor ketiga belas negara tujuan utama di atas turun 1,01%.
Sementara dari sisi impor non-migas Indonesia pada Februari 2013 totalnya adalah US$11.671,4 juta atau naik US$187,2 juta (1,63%) dibanding impor nonmigas Januari 2013. Dari nilai impor nonmigas tersebut, sebesar US$2.621,5 juta (22,46%) berasal dari Asean dan US$1.215,4 juta (10,41%) dari Uni Eropa.
Berdasarkan negara asal barang utama, tiga belas negara utama memberikan peran sebesar 78,97% dari total impor nonmigas Indonesia. Negara pemasok terbesar masih ditempati oleh China dengan peranan sebesar 18,39% (US$2.146,2 juta), diikuti oleh Jepang sebesar 14,36% (US$1.675,6 juta) dan Thailand sebesar 8,52% (US$994,0 juta).
Dilihat dari perubahan terhadap Januari 2013, maka impor nonmigas dari tiga belas negara utama mengalami peningkatan 1,16% (US$105,4 juta). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya nilai impor di beberapa negara utama seperti oleh Jepang sebesar US$257,1 juta (18,12%) dan Thailand sebesar US$188,8 juta (23,45%).
Sementara itu, jika dilihat dari perkembangannya terhadap Januari–Februari 2012, impor dari tiga belas negara utama turun tipis, yaitu US$18,0 juta atau 0,10%. Penurunan ini terutama dipicu oleh menurunnya nilai impor dari Jepang dan Amerika Serikat yang masing-masing turun sebesar US$470,3 juta (13,19%) dan US$399,5 juta (24,86%). [iqbal]

Judul
Defisit Neraca Pembayaran Indonesia Berkurang
Sumber Data
Departemen Komunikasi
Tanggal
16-08-2013
Hits
1375
Contact
Departemen Komunikasi, Telepon : (62-21) 2981-7317 Fax.: (62-21) 386-4884, E-mail :humasbi@bi.go.id
Lampiran
No. 15/ 22 /Dkom
“Bauran kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia, didukung oleh kebijakan Pemerintah di bidang pembiayaan fiskal, berhasil mengurangi dampak negatif dari memburuknya kondisi ekonomi dan keuangan global terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI),” demikian pernyataan Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, menanggapi publikasi statistik NPI terkini yang menunjukkan berkurangnya defisit NPI dari US$6,6 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi US$2,5 miliar pada triwulan II-2013. Penurunan defisit NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang kembali surplus setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit yang cukup besar. Di sisi lain, sesuai pola musimannya, defisit transaksi berjalan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan NPI yang masih defisit, jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2013 turun menjadi US$98,1 miliar. Kendati demikian, jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 5,4 bulan yang berarti tetap berada di atas standar kecukupan internasional.
Faktor musiman dan harga komoditas ekspor yang masih mengalami penurunan mendorong kenaikan defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan meningkat dari US$5,8 miliar (2,6% dari PDB) pada triwulan sebelumnya menjadi US$9,8 miliar (4,4% dari PDB) pada triwulan II-2013 akibat menyusutnya surplus neraca perdagangan nonmigas serta melebarnya defisit neraca jasa dan pendapatan. Surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut karena impor, khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi, meningkat sehubungan dengan konsumsi domestik pada triwulan II yang secara historis memang selalu lebih tinggi daripada triwulan I. Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor nonmigas tertahan oleh harga komoditas di pasar internasional yang masih cenderung menurun akibat perekonomian China yang melambat. Defisit neraca jasa melebar akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama musim liburan sekolah. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga melebar mengikuti jadwal pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer keuntungan kepada investor asing. Sementara itu, neraca perdagangan migas masih defisit tetapi berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya.
Di tengah gejolak pasar keuangan global, respon kebijakan Bank Indonesia dan strategi pembiayaan fiskal yang diterapkan oleh Pemerintah telah membantu mengembalikan surplus transaksi modal dan finansial. Setelah mengalami defisit sebesar US$0,3 miliar pada triwulan sebelumnya, transaksi modal dan finansial kembali mencatat surplus sebesar US$8,2 miliar pada triwulan II-2013. Perbaikan ini antara lain berasal dari meningkatnya arus masuk investasi langsung asing (PMA) yang mengindikasikan tetap kuatnya keyakinan investor terhadap kondisi fundamental dan prospek ekonomi Indonesia ke depan. Selain itu, investasi portofolio asing masih mencatat surplus yang cukup signifikan, meskipun sempat terjadi arus keluar yang cukup besar pada Juni 2013 pasca mencuatnya rencana penghentian kebijakan moneter longgar di Amerika Serikat. Hal ini didukung oleh langkah antisipatif yang diambil oleh Bank Indonesia dalam meredam kenaikan ekspektasi inflasi melalui peningkatan suku bunga FASBI dan BI rate, langkah Pemerintah menerbitkan obligasi valas sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit fiskal, serta meningkatnya penerbitan obligasi valas oleh korporasi. Perbaikan transaksi modal dan finansial juga berasal dari surplus pada investasi lainnya, terutama dalam bentuk penarikan simpanan milik perbankan domestik di luar negeri. Bank-bank menarik sebagian simpanannya di luar negeri, selain untuk memenuhi kebutuhan nasabah, juga untuk memanfaatkan fasilitas simpanan berupa instrumen term deposit valas dan fasilitas lindung nilai berupa instrumen swap valas yang disediakan oleh Bank Indonesia.
Agus D.W. Martowardojo menambahkan, “Pada triwulan III-2013, perbaikan kondisi ekonomi dan keuangan global serta perlambatan permintaan domestik diharapkan dapat mendukung upaya pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia.” Sesuai dengan pola musimannya, defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2013 akan jauh lebih rendah daripada triwulan II-2013. Selain itu, ekonomi dunia dan harga komoditas yang diperkirakan membaik akan berdampak positif terhadap kinerja ekspor nonmigas. Pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat dan nilai tukar rupiah yang dalam beberapa waktu terakhir telah terdepresiasi ke arah nilai fundamentalnya akan menahan akselerasi impor dan mengurangi defisit neraca jasa. Di sisi transaksi modal dan finansial, surplus pada triwulan III-2013 diperkirakan masih akan besar. Meskipun pertumbuhan PMA cenderung melambat, nilainya diperkirakan tetap lebih tinggi daripada triwulan II-2013 sesuai pola historisnya selama ini. Gejolak di pasar keuangan global yang mulai mereda akan mengurangi arus keluar investasi portofolio asing yang pada bulan Juni sempat terjadi dalam jumlah besar, bahkan sejak Juli hingga pertengahan Agustus ini telah mulai terjadi arus masuk modal asing dalam bentuk pembelian Surat Berharga Negara dan saham. 
Penjelasan dan data yang lebih lengkap dapat dilihat pada Laporan NPI Triwulan II-2013 di website Bank Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar